Senin, 03 Desember 2012

KEPERCAYAAN DIRI

URGENSI KEPERCAYAAN DIRI Posted by Matsutono,S.Pd
Kercayaan diri menjadi salah satu pilihan alternatif dari mereka yang mengalami masalah kepercayaan diri. Meski bukan sesuatu yang nampak secara lahir, namun adanya krisis kepercayaan diri dianggap sebagai sebuah masalah penting dalam kehidupan seseorang. Karena tanpa ada kepercayaan diri, maka seseorang akan merasa gamang dalam menjalani hidup mereka. Dengan memahami teori kepercayaan diri, diharapkan seseorang bisa dibangkitkan dari rasa rendah diri yang dialaminya. Dan ini adalah sebuah awal untuk bisa menggali potensi seseorang secara optimal. Sebab, kepercayaan diri akan menyebabkan seseorang mendapat keyakinan bahwa dirinya memiliki sebuah potensi yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh orang lain. Inilah arti penting rasa percaya diri. Bahwa kepercayaan diri akan mampu membawa seseorang meraih sukses dengan mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya. Dan dengan kepercayaan diri pula, sebuah masalah yang dihadapi seseorang bisa diselesaikan dengan baik. Sebab, orang yang memiliki kepercayaan diri, cenderung memiliki tingkat ketenangan dalam berpikir. Dengan adanya ketenangan ini, maka kerja otak akan bisa berjalan dengan lancar. Inilah yang menyebabkan seseorang bisa mendapatkan berbagai pemikiran yang mungkin tidak dipikirkan oleh orang lain pada saat menghadapi sebuah masalah. Di sisi lain, kita pun harus bisa mengelola rasa percaya diri tersebut. Karena rasa percaya diri yang berlebihan juga tidak menimbulkan kebaikan. Di satu sisi percaya diri berlebih bisa menumbuhkan kesombongan dalam diri seseorang. Selain itu, berlebihnya kepercayaan diri pun bisa berdampak kita menjadi kurang waspada akan sesuatu karena cenderung meremehkan hal tersebut. Cara Mendapatkan Kepercayaan Diri Selain belajar melalui teori kepercayaan diri, seseorang bisa pula menumbuhkan kepercayaan diri secara praktek. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendorong dan menumbuhkan rasa percaya diri tersebut di antaranya adalah : 1. Selalu belajar dan memperluas wawasan. Dengan belajar dan memiliki wawasan luas, seseorang akan bisa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan yang sama seperti orang lain. 2. Banyak bergaul dengan berbagai macam karakter manusia. Hal ini akan memudahkan kita untuk terbiasa berhubungan dengan orang lain dan cepat beradaptasi. Masalah kepercayaan diri biasanya dimunculkan karena kita kurang terbiasa bergaul dengan orang yang memiliki karakter berlainan dengan apa yang biasa kita hadapi. 3. Jadilah diri sendiri. Bagi orang yang kurang percaya diri, mereka cenderung meniru orang lain dalam segala sisi. Baik itu penampilan atau juga karakter. Ubahlah semua itu, dan yakinlah bahwa menjadi diri sendiri bukan sebuah hal yang salah. 4. Jangan pernah takut salah. Rasa minder biasanya muncul sebagai akibat kita merasa takut untuk berbuat salah atas apa yang akan kita kerjakan atau lakukan. Hilangkan perasaan itu, dan gantikan dengan pemikiran bahwa manusia adalah tempat salah dan khilaf. Yang paling penting bukanlah bagaimana kita tidak berbuat salah, melainkan bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan yang kita lakukan. Dan percayalah, bahwa orang lain pun pernah berbuat salah untuk hal yang kita tidak ketahui. Jadi, berbuat salah adalah sebuah kewajaran. Sedangkan yang tidak wajar adalah apabila kita tidak mau belajar dari kesalahan itu dan menjadi lebih baik di kemudian hari.

Sabtu, 17 November 2012

ADVERSITY QOUTIENT ( AQ ) APA ITU ?

ADVERSITY QOUTIENT ( AQ ), APA ITU ? Posted by MATSUTONO,S.Pd
Penelitian menunjukkan bahwa selain IQ dan EQ, penentu keberhasilan seseorang dalam hidupnya adalah juga kemampuan adversity Qoutient (AQ). Adversity Qoutient adalah kemampuan seseorang untuk seberapa jauh dapat bertahan menghadapi kesulitan – kesulitan dan dapat mengatasi kesulitan – kesulitannya. Semua Kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan (peluang) bagi jiwa kita untuk tumbuh Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut sari tulisan Paul G. Stoltz, Ph.D., 2000, tentang Adversity Qoutient ini. Pada umumnya, ketika dihadapkan pada tantangan – tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan benar – benar teruji. Banyak orang yang mudah menyerah ! Mengapa ada banyak orang yang jelas – jelas sangat berbakat (cerdas) namun gagal menunjukkan dan membuktikan potensi dirinya ? Sebaliknya tidak sedikit orang yang hanya memiliki sepersekian saja sumber daya (bakat dan kecerdasan) dan dengan kesempata yang sama justru bisa lebih unggul dan mempunyai prestasi melebihi yang diharapkan dan diperkirakan. Manusia dilahirkan dengan dilengkapi satu dorongan inti manusiawi, yakni dorongan untuk terus mendaki. Mendaki dalam arti luas adalah menggerakkan terus dan terus tujuan – tujuan hidup ke depan. Misalnya : tujuan memperbaiki nilai rapor, menyelesaikan SMA / Perguruan Tinggi, berwiraswasta yang sukses, menjadi seorang pakar yang piawai, pengusaha yang berhasil, dan seterusnya termasuk tujuan menjadi hamba yang dekat dengan Tuhannya sehingga sukses dunia akhiratnya. Yang jelas orang – orang yang sukses sama – sama memiliki dorongan yang mendalam (kuat) untuk berjuang, untuk maju, untuk meraih cita – cita, dan mewujudkan impian – impiannya. Inilah kekuatan yang disebut adversity (adversity Qoutient), kemampuan untuk mendaki kehidupan ini dan siap bertahan dalam memecahkan kesulitan – kesulitan yang mungkin muncul. Tipe – tipe dalam pendakian Dalam perjalanan pendakian hidup ini banyak ditemui bermacam – macam tipe manusia. Ada tiga tipe besar manusia, yakni : 1. Tipe “Quitters” (orang – orang yang berhenti) Mereka berhenti dan memilih tidak mendaki lagi, keluar, mundur dan menghindari kewajiban, tidak memanfaatkan peluang / kesempatan yang ditawarkan dan diberikan Tuhan dalam hidup ini. 2. Tipe “Campers” (orang – orang yang berkemah) Mereka giat mendaki tetapi di tengah perjalanan bosan, merasa cukup dan mengakhiri pendakian dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tanda perkemahan kehidupan ini. 3. Tipe “Climbers” (para pendaki sejati / orang – orang yang seumur hiduo membaktikan diri pada pendakian menuju kehidupan sesungguhnya di hari akhir nanti. Gaya Hidup Quitter, Camper dan Climber 1. Quitter (orang yang berhenti mendaki) memilih jalan hidup yang datar – datar saja dan mengambil yang lebih mudah saja. Ironisnya dengan cara itu, ia akan menderita pada saat yang memilukan adalah ketika ia menoleh kebelakang dan melihat bahwa ternyata kehidupannya tidak optimal, kurang makna, banyak yang disia – siakan, sangat boros dalam waktu dan hidup. Akibatnya ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi, menyalahkan semua orang disekelilingnya dan membenci (iri hati) pada orang – orang yang terus mendaki kehidupan ini. “Quitter” mencari pelarian untuk menenangkan hati dan pikirannya meski semua belaka. Berlakulah apa yang ditamsilkan bahwa orang – orang yang takut mati sesungguhnya tidak pernah benar – benar hidup. 2. Gaya hidup “Campers” (orang – orang yang berkemah). Pada mulanya kehidupannya penuh proses – proses pendakian dan perjuangan, cukup jauh ia mendaki namun ia memilih berbelok membangun kemah di lereng gunung kehidupan. Karena lelah mendaki, menganggap prestasi ini sudah cukup. Ia senang dengan ilusinya sendiri tentang apa yang sudah ada, tak menengok apa yang masih mungkin terjadi. Gaya hidup “Campers” memfokuskan energinya pada kegiatan “mengukir – ukir” perkemahan dan mengisi isinya dengan barang – barang yang membuat nyaman. Ia melepaskan peluang untuk maju. “Campers” menciptakan semacam “penjara yang nyaman” sebuah tenda kehidupan yang terlalu enak untuk ditinggalkan. Contoh tipe “Campers” adalah orang – orang yang sudah memiliki pekerjaan bagus, gaji dan tunjangan yang layak, namun mereka telah melepas masa – masa penuh gairah, belajar dan tumbuh, energi kreatif. Mereka puas dan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri (Aktualisasi diri). 3. Gaya Hidup “Climbers” (pendaki sejati) Mereka menjalani hidup secara lengkap, mereka yakin bahwa langkah – langkah kecil saat ini akan membawa kemajuan dan manfaat jangka panjang. Pendaki sejati tidak lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan.

BERPIKIR POSITIF ( POSITIVE THINKING )

BERPIKIR POSITIF ( POSITIVE THINKING ) Posted by Matsutono,S.Pd
1. Pentingnya Berpikir Positif Kalau kita mendengar kata positif pasti kita akan terbayang hal-hal yang baik saja, berpikir positif, bertindak positif, berkelakuan positif yang artinya adalah sesuatu yang baik-baik saja. Dalam menjalani hidup, tentu saja kita sebagai manusia selalu ada masalah n tantangan yang diberikan Tuhan Yang Mahaesa. Apa yang Tuhan berikan itu pastilah untuk menguji kita sebagai hamba apakah tetap berada dijalan-Nya atau tidak. Setiap orang punya masalah tapi yang membedakan orang yang satu dengan yang lain adalah bagaimana orang tersebut me-manage dan menyikapi masalah yang dihadapi. Secara sadar ataupun tidak, kita sering mengeluh dan berpikir negatif terhadap keadaan atau situasi yang kita alami. Berpikiran negatif kepada sesama manusia saja tidak baik, apalagi kalau kita sampai berpikiran negatif kepada Sang Pencipta?! 2. Manfaat Berpikir Positif dan Senyum Sudah tidak diragukan lagi bahwa hanya dengan berpikir positif badan kita menjadi sehat, tidak sakit-sakitan, atau bahkan sukses dalam bisnis. Memang dengan berpikir positif urat-urat saraf kita menjadi tidak tegang, sehingga pikiran menjadi jernih, mudah memutuskan hal-hal yang penting. Selain berpikir positif, senyum juga sangat besar pengaruhnya terhadap diri kita. Saya sering menganjurkan teman-teman meluangkan waktunya untuk tersenyum Orang yang sedih bisa gembira dengan senyum. Orang marah akan reda jika bisa tersenyum. Jika tidak bisa tersenyum, dipaksakan untuk tersenyum dengan cara menarik ujung bibir seperti orang yang sedang tersenyum. Dengan cara tersebut sudah terbukti mengendorkan urat saraf yang tegang. Dalam buku The Secret juga diungkapkan bahwa pikiran positif menjadi dasar utama dalam mencapai kesuksesan. Bahkan orang yang sakit pun akan sembuh hanya dengan berpikir positif. Tetapi mudahkah kita untuk berpikir positif? Jadi, dengan berpikir positif dan senyum, hati menjadi tenang, pikiran menjadi jernih, saraf tidak tegang, dan bekerja akan menjadi lebih lagi. Mari kita mulai hari-hari dengan berpikir positif dan senyum serta syukur. 3. Menuju Sukses : Berpikir Positif Percaya atau tidak, sikap kita adalah cermin masa lampau kita, pembicara kita di masa sekarang dan merupakan peramal bagi masa depan kita. Maksudnya apa ? Ya, bahwa kondisi masa lalu, sekarang dan masa depan kita dapat tercermin dari bagaimana sikap kita sehari-hari. Camkan satu hal, sikap kita merupakan sahabat yang paling setia, namun juga bisa menjadi musuh yang paling berbahaya. Bagaimana sikap mental kita adalah sebuah pilihan; positif ataukah negatif. Jika kita seorang yang berpikiran positif, kita pasti mampu menghasilkan sesuatu. Kita akan lebih banyak berkreasi daripada bereaksi. Jelasnya, kita lebih berkonsentrasi untuk berjuang mencapai tujuan-tujuan yang positif daripada terus saja memikirkan hal-hal negatif yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan bersikap positif bukan berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Namun, bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan menuju keberhasilan. Dari beberapa buku yang saya baca beberapa tips berikut terbukti cukup membantu. Cobalah untuk menjalankan kegiatan-kegiatan berikut ini sebanyak mungkin dalam hidup kita. Sebagaimana untuk mencapai hal- hal lainnya, untuk menjadi seorang yang berpikiran positif, prosesnya harus dilakukan secara terus-menerus : a. Pilihlah sebuah kutipan yang bernada positif setiap minggunya dan tulislah kutipan tadi pada selembar kartu berukuran 3 x 5. Bawalah kartu tadi setiap hari selama seminggu. Baca dan camkanlah kutipan tadi secara berkala dalam sehari dan jadikan afirmasi, misalnya di meja kerja Anda, di dashboard mobil, atau di cermin kamar mandi. Jadikanlah setiap kutipan tersebut bagian pemikiran Anda selama seminggu itu. b. Pilihlah seseorang yang Anda anggap berpikiran negatif. Cobalah cari hal-hal yang positif dalam diri orang itu dan ubahlah pikiran-pikiran negatif Anda mengenai orang tersebut dengan hal-hal positif tadi. c. Pilih satu hari istimewa dalam seminggu dan jadikanlah hari itu sebagai “hari 10″. Bangunlah pada pagi hari dan yakinlah bahwa setiap orang yang akan Anda temui bernilai “10″, dan perlakukanlah mereka secara demikian. Anda pasti akan heran sendiri melihat tanggapan yang akan Anda peroleh dari orang-orang yang selama ini Anda anggap remeh. d. Tandai suatu hari dalam seminggu sebagai “hari berpikiran positif.” Hapuslah kata-kata “tidak dapat,” “tidak pernah,” / kata-kata lain yang senada, usahakan agar Anda menemukan cara untuk mengatakan apa yang bisa Anda lakukan. e. Paling tidak sekali dalam seminggu, carilah suatu kesempatan untuk bisa memberi kepada orang lain dengan tulus. Lakukanlah suatu yang khusus pada suami/istri ataupun anak-anak Anda. Berbuatlah suatu kebaikan pada seseorang yang belum Anda kenal. Siapa yang ingin sukses ? Kuncinya jangan pernah sekali-kali berpikiran negatif ! Buang jauh-jauh hal-hal negatif ; juga kalimat-kalimat negatif dari pikiran Anda ! Jangan pernah ada lagi kalimat-kalimat seperti : “Pasti gagal; Kami belum pernah melakukannya; Kami tak sanggup melakukannya; Saya belum siap melakukannya; Itu bukan tanggung jawab kami; dan sebagainya”. 4. Membangun Sikap Berpikir Positif Ada 12 cara untuk membangun sikap menjadi lebih positif, antara lain : 1. Kamu bisa memilih bersikap optimis 2. Kamu bisa memilih menerima segalanya apa adanya 3. Kamu bisa memilih cepat pulih 4. Kamu bisa memilih cerita 5. Kamu bisa memilih bersikap antusias 6. Kamu bisa memilih lebih peka 7. kamu bisa memilih humor 8. Kamu bisa memilih sportif 9. Kamu bisa memilih rendah hati 10. Kamu bisa memilih bersyukur 11. Kamu bisa memilih beriman 12. Kamu bisa memilih berpengharapan “Semoga harapanmu tercapai dan berbahagialah hari ini”

BERGAUL CERDAS

BERGAUL SECARA CERDAS Posted by Matsutono,S.Pd
Banyak orang karena pergaulannya yang sehat dan luas, menyebalkan ia sukses dan berkembang. Namun tidak sedikit, orang yang hancur masa depannya, justru karena pergaulannya. Adakah jenis pergaulan yang salah? Bagaimana pergaulan Anda saat ini? Adapun Ciri-ciri pergaulan yang tidak sehat adalah : 1. Kelompok “Klik” “Klik” adalah pergaulan dalam kelompok kecil, hanya dengan orang- orang tertentu yang itu-itu saja secara eksklusif. Misalnya : Pergaulan antara 3 – 5 orang saja, tanpa pernah membuka diri dengan lainnya. 2. Solidaritas Buta Solidaritas secara buta adalah suatu pergaulan yang menerapkan nilai- nilai kesetiaan kepada kelompoknya secara ketat, sehingga mematikan jati diri anggotanya. Misalnya : Pergaulan yang mengatur solidaritas anggotanya secara mutlak, anggota tidak dibenarkan untuk berbeda atau tidak setia kepada kebijakan kelompok. 3. Pola Pikir : Aku harus disenangi semua orang Banyak orang berpikir bahwa kesuksesan bergaul itu harus bisa disenangi semua orang. Sehingga dengan segala cara ia lakukan. Ia hanyut dan tidak punya prinsip, karena ingin mengikuti apapun keamuan lingkungannya. 4. Perilaku yang dikendalikan oleh perasaan/emosi. Perasaan tidak tega, kasihan, dan takut menyakiti hati, sering membatasi aktifitas seseorang. Emosi dapat membuat orang bersikap tidak bijaksana. Contoh : i. Karena rasa tidak tega, seorang ibu gagal mendisiplinkan anaknya. ii. Karena takut menyakiti hati, penyimpangan dan penyelewengan dibiarkan terus terjadi iii. Kerna rasa tidak tega/takut mengecewakan pacar, banyak wanita mudah diperdayai.

MENGENAL DAN MENGESKPLORASI POTENSI DIRI

BAGAIMANA MENGENAL DAN MENGEKSPLORASI POTENSI DIRI Posted by Matsutono,S.Pd
1. Apa itu Potensi Diri ? Potensi artinya kemampuan atau kekuatan, yang bersifat fisik maupun psikis. Namun Potensi itu masih merupakan kekuatan dasar (“modal dasar”) yang harus diwujudkan dan dibuktikan secara nyata. Bila tidak demikian, maka potensi itu akan terpendam. Contoh : Bila seseorang siswa disebut berpotensi tinggi seharusnya prestasi belajarnya juga terbukti baik. Potensi diri adalah semua kekuatan, kelebihan, kecakapan yang dimiliki oleh seseorang, baik yang dibawa sejak lahir ( secara genetik ) maupun yang diperoleh dari pengalaman dan pelajaran (pendidikan). (Sumber : Paket I Bimbingan karier, Depdikbud, 1984) Nah, apa saja potensi Anda ? Bukankah setiap orang diberi sejumlah kekuatan dan kelebihan tertentu ! ? 2. Bentuk – bentuk Potensi Persis seperti yang anda bayangkan, potensi memang banyak unsur dan ragamnya. Potensi fisik misalnya, terdiri atas : keadaan jasmaniah, ukuran / bentuk dan penampilan fisik, kualitas inderawi ( daya melihat, mendengar, dll ); daya tahan tubuh, kesegaran, kebugaran, kelenturan, kelincahan, kekuatan ( gerak / kerja ), keseimbangan, dan kesehatan ( kesehatan gigi, mata, pernafasan, pencernaan, persendian, dll ). Potensi non fisik antara lain : Intelegensi ( kecerdasan, bakat, minat, hobi, ciri / sifat kepribadian, kemantapan emosional, motivasi, sikap, kreativitas, daya tanggap, dan lain – lain. Dewasa ini juga dikaji, tentang adanya potensi kecerdasan emosional ( emotional qoutient ), kecerdasan ( kemampuan ) dalam mengatasi kesulitan – kesulitan ( adversity qoutient ) dan potensi keimanan atau kecerdasan spiritual ( spiritual qoutient ). 3. Mengembangkan potensi diri Kadang kita prihatin, melihat layu dan gugurnya kuncup bunga yang belum sempat mekar. Karena si empunya lalai tidak menyiramkan air segar. Demikianlah kuncup – kuncup potensi diri kita. Ia butuh siraman air pengembangan. Ia butuh upaya dan kerja keras. Ia perlu kesabaran dan daya tahan. Lalaikah Anda, sang Empunya potensi itu ? Sejenak telusurilah macam – macam potensi dan kekuatan Anda !! a. Potensi Intelektual Kemampuan intelektualnya adalah kecerdasan atau intelegensi. Satuan ukurannya ialah Intellegence Qoutient (IQ). Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasi lingkungan secara efektif ( Marthen Pali,1993 ). Untuk mengetahui intelegensi dapat dilakukan dengan cara sekilas yakni mengamati hasil belajar sehari – hari (nilai ulangan harian sampai nilai rapor); atau secara teliti melalui pemeriksaan psikologis dengan tes intelegensi. b. Kecerdasan Sosial Tingginya taraf kecerdasan rasional (otak) terbukti belum menjamin gemilangnya prestasi seseorang dalam kehidupan sehari – hari ketika belajar / bergaul dan berinteraksi sosial secara nyata. Untuk itu, ada upaya mengidentifikasi jenis kecerdasan lain. Dicobalah menemukan kecerdasan jenis lain itu, dan dinamai kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial ini, terdiri dari kepekaan sosial, komunikasi yang baik, empati, pengertian / pemahaman terhadap orang lain (Munandir, 1995). c. Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient) Kecerdasan emosional adalah intelegensi dunia perasaan seorang individu. Seorang pakar mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan individu untuk mengenali emosi (perasaan) diri sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi itu dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 1999 dalam Ramli, 2001). Bisa terjadi seseorang yang cerdas (otaknya) namun dapat menjadi sedemikian tidak rasional (menjadi “bodoh”). Mengapa ? Kcerdasan akademis (IQ) sedikit saja kaitannya dengan kehidupan emosional. Dapat saja orang yang paling cerdas pun diantara kita, terperosok ke dalam nafsu tak terkendali dan meledak – ledak ! (Goleman, 1999). d. Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient) Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar / bekerja dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Contoh : Seseorang yang berbakat melukis, akan lebih cepat bisa dan cepat menyelesaikan pekerjaan melukis tersebut, dibandingkan dengan orang lain yang tingkat bakatnya dibawahnya. Bakat (aptitude) juga bermakna potensi yang akan diwujudkan di waktu yang akan datang. Maksudnya bakat menunjukkan adanya peluang saja, yakni peluang keberhasilan (Munandir, 1995). Maka tidak heran ada istilah bakat terpendam. Dengan kata lain bakat harus disemaikan, diwujudkan, dan dikembangkan. Kalau tidak, lepaslah peluang keberhasilannya. Untuk mengembangkan potensi bakat perlu menggerakkan seluruh aspek JENIS BAKAT Menurut beberapa referensi test bakat, dikenali adanya contoh jenis – jenis bakat, yaitu : bakat verbal, bakat numerikal. Verbal : Konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata Numerikal : Konsep – konsep dalam bentuk angka – angka Skolastik : Kombinasi kata – kata dan angka – angka Abstrak : Aspek yang tidak berupa kata maupun angka, namun berbentuk pola, rancangan, diagram dengan ukuran – ukuran, bentuk dan posisi – posisinya. Mekanik : Prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas, dan alat – alat lainnya. Relasi ruang : Mengamati, mencitrakan pola dua dimensi / berpikir dalam tiga dimensi. Kecepatan Ketelitian Klerikal : Tugas tulis menulis, ramu meramu untuk kantor, laboratorium dan lain – lain. Bahasa : Penalaran analitis tentang bahasa, misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiar, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lain. e. Kecerdasan Spiritual Suatu kecerdasan yang bersangkut paut dengan pengikatan diri dengan Zat Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan. Kecerdasan spiritual merupakan kepekaan batin seseorang untuk melihat dan merasakan perbedaan antara suatu kebaikan dan keburukan, suatu kemampuan diri untuk memilih dan berpihak kepada kebaikan dan merasakan nikmatnya seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan tidak mudah cepat putus asa, pantang menyerah, hidupnya akan penuh dengan harapan dan ketenangan hati. Ia sadar bahwa dirinya itu milik Tuhan Yang Maha Kuasa dan Tuhan adalah sumber kebaikan. f. Minat ( Interest ) Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Orang yang berminat pada suatu hal akan memberi perhatian, mencarinya, mengarahkan diri, berusaha mencapai / memperoleh sesuatu itu. (Munandir, 1995). Minat dapat membangkitkan “power”, kekuatan, dorongan yang mengarahkan kepada optimalisash pendakian objek tertentu. Dengan minat, seseorang dapat menghadapi hal yang berat menjadi ringan, yang jauh akan terasa dekat, pelajaran yang sulit terasa mudah. Guilford, 1956, membedakan minat menjadi : minat vokasional menunjuk pada bidang – bidang pekerjaan. Minat vokasional yaitu minat untuk memperoleh kepuasan dari kegiatan tertentu, misalnya petualangan, hiburan, apresiasi, artistik, ketelitian, dan lain – lain. Minat Vokasional terdiri dari tiga faktor, yakni : 1. Minat profesional yakni minat dan keilmuan, ekspresi aestitis (seni), dan kesejahteraan sosial. 2. Minat komersial yaitu minat pada pekerjaan dunia usaha / bisnis, jual beli, periklanan, kesekretariatan, akuntansi dan sebagainya. 3. Minat kegiatan fisik yaitu minat mekanik (tata kerja mesin), kegiatan luar (out door). Minat juga dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Sekelompok orang yang suka / berminat bekerja dengan benda – benda (mesin, perkakas, tanaman di ruang terbuka). 2. Sekelompok orang yang berminat pada pekerjaan administrasi, mengolah angka dan data, taat pada peraturan dan cermat. 3. Mereka yang suka bisnis dan berorganisasi, mengajak / mempengaruhi dan mempresentasikan sesuatu. 4. Mereka yang berminat pada kegiatan sosial : mengajar, merawat komunikasi, memberi informasi, dan lain – lain. 5. Mereka yang berminat pada kegiatan ekspresi seni, intuitif, imajinasi dan kreativitas. 6. Mereka yang berminat pada kegiatan mengamati, meneliti, menganalisis, mengevaluasi, lebih banyak berpikir dari pada bertindak. Sedangkan Kuder memilah minat menjadi : minat kegiatan luar (out door), mekanikal, komputasional, ilmiah, persuasif, artistik, kesusastraan, musik, pelayanan sosial, klerikal. Catatan : minat adalah hasil belajar, artinya minat dapat berubah – ubah sesuai dengan perkembangan wawasan dirinya. Yang saat ini diminati, mungkin pada saat mendatang tak disukai lagi.

URGENSI ASERTIF

URGENSI ASERTIF Posted by Matsutono,S.Pd
A. Pengertian Asertif Asertif adalah kemampuan untuk mengomunikasikan pikiran, perasaan dan keinginan secara jujur pada orang lain tanpa merugikan orang lain. Apabila kita mampu mengungkapkan perasaan negatif (marah, jengkel) secara jujur sesuai dengan apa yang kita rasakan tanpa menyalahkan orang lain, maka kita telah mampu berperilaku asertif. Berperilaku asertif, tidak hanya terbatas untuk mengungkapkan perasaan yang positif (senang) tetapi juga yang negatif. AGRESIF : lawan dari asertif = perilaku menyerang orang lain dengan kata-kata yang kasar, mempermalukan, merendahkan, melecehkan, menyalahkan, marah-marah yang cenderung merugikan orang lain. NON ASERTIF : tidak mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain dengan tidak mengatakan apapun dan menggerutu dalam hati yang sama sekali tidak dipahami oleh orang lain. B. Karakteristik Orang Asertif Orang yang berperilaku asertif memiliki karakteristik antara lain : 1. Mampu dan terbiasa mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain. 2. Meminta pertolongan pada orang lain pada saat membutuhkan pertolongan. 3. Sering bertanya pada orang lain pada saat sedang bingung. 4. Pada saat berbeda pendapat dengan orang lain, mampu mengungkapkan pendapatnya secara jujur dan terbuka. 5. Memandang wajah orang yang diajak bicara pada saat berbicara dengannya. 6. Pada saat tidak ingin melakukan sesuatu pekerjaan, mampu berkata tidak. C. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif Faktor pengalaman masa kanak-kanak. Faktor tersebut dapat mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain : 1. Apabila pada masa kanak-kanak terbiasa takut untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan karena takut orang lain tidak menyukai kita dan takut mengecewakan orang lain, maka hal ini dapat mengakibatkan kita berperilaku non asertif ketika dewasa. 2. Bila pada masa kanak-kanak, kita terbiasa meluapkan emosi tanpa kontrol maka hal ini mengakibatkan kita berperilaku agresif ketika dewasa. 3 Pola Interaksi Ada 3 pola interaksi yang terbentuk sebagai hasil pengalaman pada masa kanak-kanak, yaitu : 1. I’m not OK – You’re OK Saya tidak OK – kamu OK, maksudnya adalah : saya harus yakin bahwa apa yang saya katakan tidak akan menyinggung perasaanmu. Pola interaksi ini merupakan perilaku non asertif, karena membiarkan diri kita pasif dengan alasan takut mengecewakan orang lain. 2. I’m OK – You’re not OK Saya OK – kami tidak OK. Maksudnya : orang lain patut mendapatkan kemarahan dan hinaan dari saya. Pola ini merupakan perilaku agresif, karena bila kita membuat orang lain tidak nyaman dengan apa yang telah kita katakan. 3. I’m OK – You’re OK Saya OK – kamu OK. Maksudnya : saya bebas mengungkapkan apa yang saya rasakan dan saya bertanggung jawab terhadap perasaan saya. Pola interaksi ini merupakan perilaku asertif karena kita bebas mengungkapkan apa yang kita rasakan tanpa membuat orang lain merasa tidak nyaman. D. Dampak Perilaku Asertif Perilaku asertif seseorang dapat menimbulkan dampak seperti : 1. Tidak membiarkan orang lain mengambil manfaat dari kondisi yang kita alami, dan orang lain juga memiliki kebebasan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. 2. Tidak berperilaku agresif pada orang lain, bahkan menerima kehadiran orang lain dengan sikap terbuka. 3. Kedua belah pihak yang berkomunikasi merasa nyaman, tidak ada yang ingin menyakiti lawan bicaranya dan tidak ada yang merasa disakiti hatinya. 4. Tidak ada pihak yang merasa disalahkan dan dihina oleh keberadaan emosi negatif yang dirasakan oleh lawan bicaranya. 5. Lawan bicara tidak terpancing untuk memberikan respons emosional. E. Cara Menumbuhkan Perilaku Asertif Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain : 1. Berusahalah dan biasakanlah berbicara dengan rasa percaya diri. 2. Berusahalah dan biasakanlah mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas pada orang lain. 3. Biasakanlah memandang wajah orang yang Anda ajak bicara. 4. Biasakanlah mengungkapkan pendapat kita secara jujur dan terbuka pada orang lain. 5. Apabila Anda tidak ingin melakukan suatu pekerjaan maka katakan “tidak” (dengan kata-kata, nada, alasan yang bisa dimengerti serta diawali “maaf”). 6. Responslah emosi Anda dengan cara yang sehat untuk menghindari perilaku agresif. Beberapa Langkah untuk Merespons Emosi Secara Sehat 1. Sadarilah emosi Anda, perhatikan emosi apa yang Anda rasakan. Misalnya : Apakah Anda takut? Apakah Anda senang? 2. Akuilah emosi Anda : Perhatikan emosi apa yang Anda rasakan dan kira-kira seberapa kuat. 3. Selidikilah emosi Anda tersebut tanpa ada penilaian. Katakan “Saya merasa terlalu tegang, jangan-jangan saya akan mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin untuk dikatakan”.

Jumat, 16 November 2012

KONSEP DIRI 2 ( SELF CONCEPT II )

KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) Posted by Matsutono,S.Pd
Konsep diri merupakan keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Dengan kata lain konsep diri juga merupakan potret tentang bagaimana seseorang melihat, menilai, menyikapi diri dan idealismenya. Konsep diri memiliki tiga unsur, yaitu : a. Pengetahuan tentang diri sendiri Wawasan tentang diri ini semakin luas sesuai dengan perkembangan dinamika konsep dirinya. Misalnya : Nama saya Nurul, periang, suka warna merah, senang matematika dan lain-lain. b. Penghargaan terhadap diri sendiri (diri ideal) Disebut juga “Diri Ideal”, yaitu harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai dengan idealismenya. “Diri ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya menjadi dokter yang sukses, insinyur, pengacara yang jujur, psikolog yang taqwa, sebaliknya adapula orang yang ingin meraih popularitas dalam bermasyarakat. c. Penilaian terhadap diri sendiri Disadari atau tidak setiap saat kita selalu menilai diri sendiri. Khususnya menilai setiap tingkah lakunya. Contoh : Saya pintar pelajaran matematika, tetapi saya lemah dalam pelajaran Bahasa. Hasil penilaian, antara harapan yang dibentangkan dengan fakta yang ada di dalam diri akan menghasilkan “Rasa Harga Diri”. Semakin labar ketidak sesuaian antara keinginan dan keadaan nyata pada diri sendiri maka, “semakin rendah rasa harga dirinya”. Sebaliknya orang yang hidupnya mendekati standar keinginannya, menyukai apa yang dikerjakannya maka akan “semakin tinggi rasa harga dirinya”. Perbedaan Konsep Diri Positif dan Negatif a. Konsep Diri Positif ada dalam diri orang yang mampu menerima keadaan dirinya secara apa adanya dengan menerima resiko kekuatan dan kelemahannya. Dia tidak merasa terancam ketika di kritik serta tidak hanyut sewaktu dipuji dan sanjung. b. Konsep Diri Negatif terjadi pada individu yang tidak banyak mengetahui tentang dirinya, tidak melihat dirinya secara utuh kelebihan maupun kekurangannya. Misalnya : terlalu melihat kelebihan diri saja (menjadi sombong) atau hanya memandang kekurangan diri (menjadi rendah diri). Menguji Konsep Diri 1. Hal-hal yang paling anda sukai/syukuri atas diri dan kehidupan anda… ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. 2. karya seni (lagu, lukisan, sastra dan lain-lain) yang paling bermakna dalam kehidupan anda: ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. 3. Pengalaman pada masa kecil yang sangat mengesankan adalah ………………………… ……………………………………………………………………………………………. 4. Seandainya menjadi tokoh atau bintang, anda ingin menjadi : ……………………………………………………………………………………………. 5. Jika mempunyai kemampuan untuk melakukan, anda akan mengubah diri anda khususnya dalam hal : ……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………….

KONSEP DIRI ( SELF CONCEPT )

KONSEP DIRI ( SELF CONCEPT ) Posted by Matsutono,S.Pd
Setiap orang ingin dirinya sukses. Sukses dalam belajar, bergaul, berkarir, berkeluarga, dan sukses dunia akhirat. Langkah awal kesuksesan adalah mengenal diri, mempelajari kualitas diri. Pemahaman diri dan kualitas diri adalah proses yang sangat penting dalam meningkatkan mutu kehidupan. Tahu diri dan mengenal diri mengantarkan kepada tahap-tahap hidup yang berkualitas. Tidak saja dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga untuk mengarahkan dan mengembangkan diri, membuat perencanaan pendidikan dan karir, memecahkan permasalahan pribadi dan sosial secara realistis, beradaptasi dengan perubahan- perubahan dalam kehidupan, untuk dapat saling menerima dan menghargai orang lain. 1. Apa yang harus kita ketahui tentang diri kita ? Siapa Saya dan sejauh mana Anda mengetahui diri Anda sendiri. Diri adalah seperangkat proses dari ciri-ciri yang mencakup proses fisik, perilaku, dan psikologis. Mengenal diri berarti memahami aspek-aspek pembentukan diri kita. Aspek-aspek tentang diri meliputi : a. Aspek fisik : adalah tubuh dengan segala kualitasnya dan proses yang terkait dengannya b. Diri secara proses adalah proses alur pikir, emosi atau perasaan dan tingkah laku c. Diri secara sosial adalah pikiran dan perilaku hasil interaksi dengan orang lain d. Konsep diri adalah keseluruhan pandangan tentang diri sendiri e. Cita-cita diri adalah segala apa yang diangankan terhadap diri sendiri 2. Konsep Diri (Self Concept). Konsep diri adalah keseluruhan pandangan seseorang tentang diri sendiri. Konsep Diri merupakan potret diri secara mental, yakni bagaimana seseorang menilai dan menyikapi dirinya. Ada 3 dimensi konsep diri, yakni : a. Pengetahuan tentang diri sendiri Dalam benak pikiran seseorang telah memiliki data tentang siapa dirinya. Semakin banyak tahu tentang deskripsi diri akan semakin baik konsep dirinya. Contoh : “Saya Hartini kelas I SMK, pendiam, mudah tersinggung, pintar, jago matematika, hemat, setia, kurang pede, taat beribadah”. Wawasan tentang diri ini semakin lama semakin luas sesuai dengan dinamika konsep dirinya. b. Pengharapan terhadap diri. Disebut juga dengan Diri Ideal, yakni harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai dengan idealismenya. “Diri Ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya menjadi pengusaha yang sukses, akuntan yang jujur, psikolog yang takwa, sebaliknya ada pula orang yang ingin meraih popularitas dalam bermasyarakat. Contohnya : Politikus yang adil, pengusaha yang dermawan, dan lain-lain. c. Penilaian terhadap diri sendiri. Disadari atau tidak setiap saat kita selalu menilai diri sendiri. Khususnya menilai setiap tingkah laku kita. Contoh : tingkah laku belajar saya menghasilkan nilai rapor 5,5 ini berarti gagal. Mengapa bisa terjadi ? Hasil penilaian, antara harapan yang dibentangkan dengan fakta yang ada di dalam diri akan menghasilkan “Rasa Harga Diri ”. Semakin lebar ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan diri sendiri maka “semakin rendah rasa harga dirinya”. Sebaliknya orang yang hidupnya mendekati standar harapan hidupnya, menyukai apa yang dikerjakannya maka akan “semakin tinggi rasa harga dirinya”. 3. Konsep Diri Positif dan Negatif a. Konsep Diri Positif Konsep diri positif ada dalam diri orang yang dapat menerima dirinya secara apa adanya dengan segala risiko kekuatan dan kelemahannya. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang dirinya. Ia membuat harapan-harapan dan perencanaan yang masuk akal, serta kemungkinan besar dapat dicapai. Pribadi seperti ini tidak merasa terancam dan cemas jika dikritik, menerima informasi negatif tentang dirinya. Sebaliknya ia tidak hanyut ketika disanjung dengan informasi positif tentang dirinya. Itulah orang yang konsep dirinya positif memposisikan harga dirinya secara tepat dan wajar. b. Konsep Diri Negatif Konsep diri negatif terjadi pada individu yang tidak banyak tahu tentang dirinya, tidak melihat dirinya secara utuh. Misalnya ia hanya melihat kelemahan diri atau kelebihan-kelebihannya. Sehingga ia membangun harapan-harapan diri yang tidak realistis. Peluang berhasilnya sangat tipis. Pribadi yang demikian memiliki harga diri yang rendah karena memosisikan dirinya secara tidak tepat.

CARA MERAIH PRESTASI DI SEKOLAH

CARA MERAIH PRESTASI DI SEKOLAH Ada banyak hal yang dapat kita lakukan agar kita dapat berprestasi di sekolah. Mulai dari persiapan diri dalam menghadapi pelajaran, pengaturan waktu sampai dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam belajar. Kalau kita mau meraih sukses di sekolah, kita harus mau menyiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi pelajaran, baik persiapan yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Berikut ini 10 cara penting yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan prestasi di sekolah (www.duniabelajar.com) : 1. Jadilah seorang pemimpin. Latihlah rasa tanggung jawabmu. Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas, jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpinan mereka untuk membersihkan kelas bersama-sama. 2. Mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya. Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan. 3. Jangan malu untuk bertanya. Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal. 4. Kerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya. Jangan malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton TV deh! 5. Setiap pulang dari sekolah, selalu mengul`ng pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!

MENCATAT EFEKTIF DALAM BELAJAR

MENCATAT EFEKTIF Posted by Matsutono,S.pd
1. Apa itu Mencatat Efektif ? Tidak dipungkiri bahwa membuat catatan dari sebuah bacaan atau ceramah, baik itu perkuliahan dosen atau yang lainnya, memerlukan keterampilan tertentu. Bagi mahasiswa, kemampuan untuk dapat mencatat dengan efektif merupakan keterampilan yang harus dimiliki agar belajar maksimal. Hal ini dimungkinkan karena dengan mencatat, seorang mahasiswa dapat menemukan poin-poin kunci dari buku, laporan, kuliah atau yang lainnya. Keterampilan mencatat harus dimiliki oleh setiap mahasiswa karena kemampuan otak untuk mengingat bacaan atau ceramah dari dosen sangatlah terbatas. Catatan akan membantu otak mengingat apa yang sudah didengar atau dibaca. Catatan yang efektif adalah catatan atau ringkasan yang dapat dibaca secara berulang-ulang dengan mudah sehingga dapat mengingatkan seseorang akan informasi yang pernah diperolehnya. 2. Mengapa Mencatat Efektif penting? Secara tradisional, catatan atau ringkasan dibuat dalam bentuk outline yang umum dilakukan hanya berupa poin-poin penting dan beberapa penjelasannya. Catatan dengan bentuk outline tradisional ini biasanya dibuat berdasarkan pentingnya suatu topic atau poin dan diuraikan dengan poin-poin yang lebih kecil. Pola catatan outline ini umumnya berbentuk seperti contoh berikut; A- …………… 1. …………… 2. …………… 3. …………… B- …………… 1. …………… 2. …………… 3. …………… C- …………… 1. …………… 2. …………… 3. …………… Catatan dengan bentuk outline seperti di atas dapat memakan tempat beberapa halaman sehingga kalau seseorang sedang membaca halaman dua misalnya, otomatis tidak bisa membaca catatan pada halaman satu, ini menjadi salah satu kelemahan dari catatan dalam bentuk outline. Di samping itu catatan dengan bentuk ini tidak mudah diingat, karena pada umumnya otak tidak dapat mengingat uraian-uraian dalam bentuk tulisan yang panjang. 3. Bagaimana cara Mencatat Efektif? Dalam buku kecil ini akan diperkenalkan sebuah teknik mencatat yang lebih efektif yang hanya membuat poin-poin kunci dan dibuat dalam bentuk gambar atau diagram. Teknik ini biasa disebut dengan peta pikiran atau mind map. Pada dasarnya peta pikiran adalah sebuah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (Quantum Learning). Sesuai dengan namanya, ‘peta’, pada dasarnya teknik ini meniru peta geografi yang sudah akrab bagi seorang pelajar. Untuk memahami teknik ini, lihatlah sebuah peta dan perhatikan gambarnya. Untuk peta propinsi, selalu digambarkan ibukota propinsi dengan tanda, biasanya lingkaran, yang jelas kemudian dari ibukota tersebut digambarkan jalan-jalan ke seluruh kabupaten dan kota yang ada di propinsi tersebut. Demikian juga dengan peta kabupaten, dari ibukota kabupaten, akan muncul garis-garis yang merupakan jalan menuju kecamatan-kecamatan yang ada di wilayahnya. Demikian pula peta pikiran, setiap poin kunci ditulis kemudian dihubungkan dengan topic utama dengan garis. Dengan gambaran tentang peta geografis tadi, kita bisa memetakan informasi-informasi penting dari buku, makalah, kuliah atau yang lainnya hanya dalam satu halaman kertas. Inilah salah satu kelebihan peta pikiran. Peta pikiran tidak hanya terdiri dari satu atau dua bentuk, pembelajar bisa membuat bentuk-bentuk sesuai kreativitas mereka. Berikut ini bentuk pola yang dapat digunakan. Bentuk-bentuk peta pikiran atau mind map ini tidak ada batasnya, sesuai dengan keinginan dan kreasi pembuatnya. Peta pikiran ini dapat juga dibuat tanpa membuat lingkaran untuk setiap kata kunci.
GAYA BELAJAR Posted by Matsutono,S.Pd
1. Apa itu Gaya Belajar? Gaya belajar atau learning style sering diartikan sebagai karakteristik dan preferensi atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi tersebut. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika anda sudah bisa mengenal gaya belajar Anda yakni bagaimana Anda menyerap dan mengolah informasi, maka Anda akan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah sesuai dengan gaya belajar Anda sendiri. 2. Mengapa Perlu Mengenali Gaya Belajar Anda Sendiri? Pengenalan gaya belajar ini akan melahirkan orang-orang yang lebih efektif untuk belajar dengan cara berkelompok, bekajar secara sendiri-sendiri di kamar, belajar dengan cara berdiskusi, dan lain sebagainya. Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama, gaya belajar visual; yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra mata sebagai alat untuk menyerap informasi. Kedua, Gaya belajar auditorial; yaitu gaya belajar yang banyak menggunakan telinga sebagai alat untuk menyerap informasi yang masuk. Ketiga adalah gaya belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang lebih menekankan praktik langsung atas apa yang sedang dipelajari. Sebagai ilustrasi : a. Orang-orang visual banyak mengikuti ilustrasi atau membaca instruksi sendiri. b. Orang-orang auditorial lebih senang informasi itu dia dengarkan dari orang lain c. Sementara orang-orang kinestetik lebih senang kalau dibiarkan mengerjakan sendiri atau praktik langsung. 3. Bagaimana Cara Mengetahui Gaya Belajar? Untuk mengetahui sebagian dari ciri-ciri gaya belajar Anda, cobalah menyelesaikan lembar kerja yang tersedia di bawah ini.. Tipe Manakah Saya ? Berikan tanda cek (√) pada angka 3 jika pernyataan sesuai dengan kebiasaan Anda, angka 2 jika ragu/tidak tahu, dan angka 1 jika tidak sesuai dengan kebiasaan Anda No Pernyataan 1 2 3 1 Teliti terhadap yang detail 2 Mengingat dengan mudah apa yang dilihat 3 Mempunyai masalah dengan instruksi lisan 4 Tidak mudah terganggu dengan suara gaduh 5 Pembaca cepat dan tekun 6 Lebih suka membaca daripada dibacakan 7 Lebih suka metode demonstrasi daripada ceramah 8 Bila menyampaikan gagasan sulit memilih kata 9 Rapi dan teratur 10 Penampilan sangat penting Jumlah Total No Pernyataan 1 2 3 1 Bicara pada diri sendiri pada saat bekerja 2 Konsentrasi mudah terganggu oleh suara ribut 3 Senang bersuara keras ketika membaca 4 Sulit menulis, tapi mudah bercerita 5 Pembicara yang fasih 6 Sulit belajar dalam suasana bising 7 Lebih suka music daripada lukisan 8 Bicara dalam irama yang terpola 9 Lebih suka gurauan lisan daripada membaca buku humor 10 Mudah menirukan nada, irama, dan warna suara Jumlah Total No Pernyataan 1 2 3 1 Berbicara dengan perlahan 2 Menanggapi perhatian fisik 3 Menyentuh orang untuk mendapat perhatian 4 Banyak bergerak dan selalu berorientasi pada fisik 5 Menggunakan jari sebagai penunjuk dalam membaca 6 Banyak menggunakan isyarat tubuh 7 Tidak bisa diam dalam waktu lama 8 Menyukai permainan yang menyibukkan 9 Selalu ingin melakukan sesuatu 10 Tidak mudah mengingat letak geografi Jumlah Total Gaya belajar auditori : Gaya belajar yang banyak menggunakan telinga sebagai alat untuk menyerap informasi yang masuk Gaya belajar visual : Gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra mata senagai alat untuk menyerap informasi Gaya belajar kinestetik : Gaya belajar yang lebih menekankan praktik langsung atas apa yang sedang dipelajari Contoh: Jika skor anda: Skor Auditori = 25 Skor visual = 12 Skor kinestetik = 10 Maka anda termasuk orang yang cenderung memiliki gaya belajar auditori, yang lebih senang mendapatkan informasi melalui ceramah-ceramah perkuliahan dari dosen, meskipun Anda harus didukung oleh kemampuan visual (skor 12) yang diperkaya dengan media gambar slide, potret, sketsa, dan diagram. Gaya belajar auditori Anda itu masih diperkaya dengan gaya belajar kinestetik (skor 10) yang lebih senanga mengerjakan praktik langsung.

CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERPRESTASI

CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERPRESTASI Posted by Matsutono,S.Pd
1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sendiri. Motivasi merupakan kondisi internal individu yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Peran motivasi adalah sebagai pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman 1986, Reber 1988 dalam Muhibinsyah, 2000). 2. Filosofi Motivasi a. Pada hakekatnya motivasi diyakini sebagai hasil penguatan (reinforcement), Contoh : Perolehan nilai bagus atau pujian guru akan menambah motivasi belajar b. Dorongan seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya positif (seorang yang baik) adalah motivasi untuk mendapatkan standar kepuasan diri (cognitive dissonance) c. Teori atribusi menemukan dua fenomena motivasi : 1. Siswa yang meyakini bahwa sukses atau gagal itu disebabkan oleh faktor kemampuan dan usaha dalam diri (internal) 2. Siswa yang percaya bahwa berhasil atau gagal itu disebabkan oleh faktor luar diri (external). Keyakinan inilah yang perlu diluruskan d. Teori Self – Worth Seorang individu itu belajar dari persepsi masyarakat bahwa seseorang itu dinilai/dihargai karena prestasinya. Kegagalan akan membuat perasaan diri yang tidak berharga e. Teori Ekspektasi Motivasi seseorang tergantung pada besarnya kemungkinan berhasil dan bagaimana makna suatu keberhasilan itu bagi dirinya, contohnya : a. Saya yakin dapat memperoleh nilai tinggi kalau saya mau mencoba, dan bagi saya nilai itu adalah sesuatu yang penting. b. Ada keyakinan bahwa saya bisa tergolong sebagai orang-orang yang berprestasi itu penting. f. Teori Humanistik Dorongan jiwa tergerak karena ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang menggerakkan orang bertingkah laku adalah : a. Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal, air dan udara), kebutuhan ini paling dasar sifatnya. b. Kebutuhan rasa aman, bebas suasana ancaman dan bahaya (safety). c. Kebutuhan untuk diterima dan dikasihsayangi atau dicintai (belonging). d. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan & persetujuan (self existence). e. Kebutuhan ingin tahu, mengerti, dan menyelidiki (intellectual achievement). f. Kebutuhan mendapatkan keindahan dan kondisi teratur (aesthetica apprecazation). g. Kebutuhan aktualisasi diri menjadi apapun yang diinginkan (self actuallization). g. Maslow dalam teori kebutuhannya menggambarkan motivasi dalam bentuk Piramid sebagai berikut : Implikasinya dalam belajar : Optimalisasi belajar perlu mengupayakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti suasana yang sehat, fisik yang segar, penuh kasih sayang, bebas ancaman /bahaya, ada pengakuan dan penghargaan atas prestasi siswa, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk beraktualisasi diri. 3. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Secara umum motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : a. Motivasi Instrinsik, yaitu dorongan yang bersumber dari dalam diri seseorang Contoh : dorongan ingin minum, dorongan ingin bisa dan lain-lainnya b. Motivasi Ekstrinsik, adalah dorongan untuk berbuat sesuatu yang berasal dari luar diri Contoh : seseorang bertingkah laku karena adanya penghargaan, pengakuan, pujian, hadiah dan sebagainya Dalam praktik kedua motivasi tersebut harus dikombinasikan. Namun yang paling efektif adalah motivasi instrinsik yang tumbuh dari dalam diri 4. Motivasi Berprestasi Diakui bahwa bangsa Jepang dalam seabad terakhir begitu pesat dan unggul dalam produktifitas dan prestasi tekhnologinya. Bangsa ini telah mengalahkan Eropa dan Amerika. Kini Korea mulai membuntuti Jepang. Apa rahasianya ? Bagaimana sumber daya manusianya ? Sehari-hari kita sering menemui orang yang begitu rajin, tekun bekerja, dan sangat berprestasi tinggi. Mereka sangat produktif dan kreatif. Sebaliknya banyak orang yang santai-santai, bekerja ala kadarnya, malas-malas. Mereka acuh tak acuh dengan kesuksesan. Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berjuang, bekerja habis-habisan untuk mencapai sukses. Adalah suatu motivasi untuk berkinerja / berprestsi lebih baik, lebih efesien, lebih cepat, lebih berkualitas dari hari ke hari. Orang yang motivasinya tinggi bukan berarti tidak pernah gagal. Tetapi bila gagal ia akan bangkit, bahkan berusaha lebih keras lagi. Sampai akhirnya sukses (Weiner, 1980 dalam Sri Esti Wuryani, 2002). 5. Pastikan Motivasi Berprestasi Anda Tinggi Tanda-tanda orang yang memiliki dorongan kesuksesan tinggi : a. Lebih suka dan puas terhadap prestasi hasil usaha sendiri b. Sukses itu bukan karena nasib mujur, tetapi hasil perjuangan c. Kegagalan bukan berarti sial, tetapi karena volume usahanya masih kurang d. Mereka kreatif, lebih gigih, energik, lebih suka bertindak daripada berdiam diri, produktif, dan penuh inisiatif e. Suka tantangan dan memilih tugas yang resikonya realistik sesuai kemampuan nyata yang dimiliki, yakni peluang berhasil dengan resiko gagalnya seimbang. Orang yang rendah motivasi berprestasinya akan memilih pekerjaan yang lunak, kecil resikonya tidak perlu banyak usaha. Atau sebaliknya memilih resiko super tinggi tanpa perhitungan. Jika gagal mencari-cari alasan f. Selalu mengevaluasi dan mencari umpan balik untuk lebih giat lagi 6. Menumbuhkan Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi tidak dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses yang dipelajari, dilatih, ditingkatkan, dan dikembangkan. Berikut ini kiat-kiatnya : a. Tetapkan tujuan (goal setting), yakin dan optimislah bahwa kita dapat berubah, bahkan kita memang harus berubah untuk mencapai titik maksimum b. Susunlah target yang masuk akal. Saya harus meraih peningkatan dalam setiap kurun waktu, 2 atau 3 poin seminggu c. Belajar menggunakan bahasa prestasi. Gunakanlah kata-kata optimistis misalnya “masih ada peluang lagi”. Jadikan konsep ini sebagai budaya berfikir, berbicara, berdialog, dan bertindak d. Belajar sendiri cermat menganalisis diri. Masih adakah cara berfikir, perilaku, dan kebiasaan saya yang kurang menguntungkan e. Perkaya motivasi. Kekayaan motivasi membuat kita tidak kehabisan pemasok daya penggerak. Fokuskan pada motivasi instrinsik (dalam diri). Sentuhan perasaan, fikiran, dan motivasi dari orang-orang terdekat juga dapat dimanfaatkan

Sabtu, 10 November 2012

KIAT MENJADI PRIBADI YANG DISENANGI BANYAK ORANG

KIAT MENJADI PRIBADI YANG DISENANGI BANYAK ORANG Posted by Matsutono,S.Pd
Menjadi pribadi yang disenangi banyak orang tentu akan membawa dampak yang baik buat kita bukan? Setiap orang punya cara-cara sendiri agar terlihat tampak menarik di hadapan orang banyak. Karena dengan begitu kita akan lebih menjadi menyenangkan. Membangun kepercayaan diri seseorang tentu bukanlah hal yang mudah dilakukan, karena banyak kiat yang harus dilakukan agar kita mampu menjadi lebih baik. Tapi semuanya itu tentu didasari dengan sikap yang positif sehingga akan lebih mudah memahami prinsip dasar yang ada didalam diri kita. Kalau kepercayaan diri yang ada di dalam tentu kita tidak akan maksimal melakukan segala apapun yang kita kerjakan. Berbicara lebih jauh tentang kepribadian, tentu keluarga adalah kunci utama bagi kita dan ini sangatlah penting sekali. Karena di dalam keluargalah kita dapat membentuk diri agar menjadi lebih baik. Dukungan keluarga sangatlah penting, mereka membawa dampak yang sangat besar bagi hidup kita, terutama orang tua yang kita miliki. Kita menjadi seperti sekarang ini, karena kita memiliki solodaritas yang baik dengan keluarga inti kita. Secara langsung dan tidak langsung mereka adalah bagian pondasi yang kuat dalam pembentukan sikap kita. Kadang Kala Ketidak Percayaan Diri Itu Muncul Membangun kepercayaan diri agar menjadi lebih baik, tentunya sulit sekali digapai kalau saja Anda merasa bahwa hidup yang Anda punya datar atau biasa-biasa saja. Akan tetapi kalau saja Anda merasa bahwa hidup yang Anda miliki sangat berwarna, Anda akan paham dan terus menggali bentuk positif yang ada di dalam diri. Memang tak dipungkiri kita semua mempunyai sifat yang tidak percaya diri kepada orang lain, apalagi ketika Anda merasa bahwa orang lain lebih baik dari kita. Akan tetapi jika kita melihat lebih dari sisi positif di dalam diri kita, rasa ketidakpercayaan diri itu akan sirna dengan cepat. Banyak sekali faktor yang membuat kita tidak percaya diri, yang akhirnya membuat kita semakin tidak nyaman dengan semua itu. Sungguh sangat disayangkan sekali pada orang yang memiliki rasa seperti ini, bukankah kita diberikan kemampuan untuk menghilangkan rasa itu? Semua tentu jawabnya ada di dalam hati kita masing-masing. Jika Anda seorang yang tidak percaya diri, di bawah ini ada beberapa cara untuk membangun kepercayaan diri. Diantaranya adalah : 1. Cobalah untuk tidak memikirkan kelemahan yang ada dalam diri Anda, karena akan membawa Anda selalu dalam tidak kepercayaan diri. 2. Berfikirlah bahwa Anda mempunyai kepribadian yang menarik dan menyenangkan, karena dengan begitu Anda akan merasa mempunyai kepercayaan diri. 3. Banyaklah bergaul dengan orang yang mempunyai rasa percaya diri, agar Anda akan memahami betapa baiknya mempunyai rasa percaya diri. Dengan begitu Anda tidak lagi memiliki rasa pesimis ataupun pemalu. 4. Yang terpenting adalah jadilah orang yang penuh tanggung jawab bagi orang lain maupun diri Anda sendiri. Hal itu akan membentuk Anda menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan secara otomatis juga Anda akan memiliki kepercayaan diri yang semakin baik di pandang oleh siapapun. Ingatlah bahwa membangun kepercayaan diri itu sangatlah penting, kerena dengan inilah Anda akan melangkah sukses. Sangat penting sekali untuk ditumbuhkan baik dalam lingkungan maupun keluarga. Semakin Anda mempunyai kepercayaan diri, maka semakin baiklah Anda dipandang di masyarakat luas.
APAKAH ANDA SEORANG PENDENGAR YANG BAIK ? Posted by Matsutono,S.Pd
1. Saya selalu mendengarkan dengan baik. 2. Ketika orang berbicara, saya sering memperhatikan apa yang ada di sekitar saya. 3. Saya akan memotong pembicaraan apabila ada hal-hal prinsipil yang bertentangan. 4. Saya tidak pernah berkomentar saat orang lain sedang berbicara kepada saya. 5. Ketika orang bercerita kepada saya, saya selalu memperhatikan. 6. Saya akan berpikir dua kali jika orang yang berbicara kepada saya mempunyai konsep yang berbeda. 7. Saya mampu berkonsentrasi pada lebih dari satu pembicaraan. 8. Saya berkomentar setelah orang lain selesai berbicara. 9. Saya sangat tertegun melihat orang yang sedang memberikan pesan. 10. Saya bisa mendengarkan orang berbicara sambil mendengarkan musik di earphone. 11. Saya sangat menaruh perhatian kepada pembicara. 12. Kecurigaan saya tinggi saat mendengarkan parpol yang berbeda dengan parpol idola saya, disaat parpol itu berorasi. 13. Setiap saya menyanggah, pembicara selalu menerima sanggahan saya. 14. Apapun yang disampaikan, saya selalu memperhatikan. 15. Saya terkesima mendengarkan pidato yang ia sampaikan. 16. Sanggahan saya tidak diterima oleh pembicara, karena berbeda prinsip. 17. Walaupun saya sedang berbicara kepada teman di sebelah, namun saya masih menyimak apa yang disampaikan pembicara. 18. Saya akan bertanya/berkomentar apabila si pembicara telah mengijinkan. 19. “Silence is golden”, adalah moto saya disaat mendengarkan. 20. Saya tidak pernah menyinggung perasaan si pembicara disaat saya menginterupsi/memotong pembicaraan, 21. Terkadang saya serius mendengarkan apa yang disampaikan. 22. Saya tetap berkonsentrasi untuk mendengarkan pesan yang disampaikan. 23. Hati kecil saya tidak sependapat melihat orang lain selalu memotong pembicaraan. 24. Telinga saya rasanya mau pecah kalau si pembicara monoton dalam menyampaikan pesan. 25. Barangkali karena kesopanan saya, sehingga pembicara tidak tersinggung ketika saya menyanggah pesan yang disampaikannya. 26. Saya akan berkomentar jika pembicara telah mengijinkan. 27. Saya selalu mendengarkan dengan serius. 28. Saya bisa mdndengarkan orang berbicara sambil mendengarkan orang lain. 29. Saya mampu menebak apa yang akan ia sampaikan berikutnya. 30. Saya sangat tertegun mendengarkan pidato yang ia sampaikan. 31. Saya akan memotong pembicaraan apabila ada hal-hal yang bertentangan. 32. Saya tidak pernah berkomentar saat orang lain sedang berbicara kepada saya. 33. Diam adalah hal yang paling saya senangi dalam hal mendengarkan orang yang sedang berbicara. 34. Sanggahan saya ditolak oleh pembicara. 35. Saya mampu berkonsentrasi lebih dari satu pembicaraan. 36. Saya akan meminta kepada si pembicara untuk mempertegas ucapannya jika saya merasa kurang jelas. 37. Saya akan tetap berkonsentrasi ,mendengarkan pesan apapun. 38. Saya tidak pernah menyinggung perasaan pembicara dalam hal memotong pembicaraan. 39. Walaupun saya tidur, saya tetap mengikuti apa yang disampaikan pembicara kepada saya. 40. Apapun yang disampaikan, saya selalu mendengarkan. Penilaian : 1 4 5 8 9 11 14 15 18 19 22 23 26 27 30 32 33 36 37 40 2 3 6 7 10 12 13 16 17 20 21 24 25 28 29 31 34 35 38 39 0-3 : Tidak mau mendengar 4-7 : Kurang mau mendengar 8-12 : Cukup mau mendengar 13-17 : Baik mau mendengar 18-20 : Superior

Jumat, 09 November 2012

TEKNIK RELAKSASI DAN DESENSITISASI

TEKNIK RELAKSASI DAN DESENSITISASI TEKNIK RELAKSASI Posted by Matsutono,S.Pd
A. Pengertian Relaksasi 1. Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000). 2. Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006) 3. Menurut Thantawy (1997: 67) “relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu”. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman. 4. Menurut pendapat Cormier dan Cormier, 1985 (Abimanyu dan Manrihu, 1996:320)Relaksasi dapat diartikan sebagai usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks, dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang dan perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut, dan kaki. 5. Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenagkan 4. Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai kecemasan (Greenberg,2000) 6. Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau relaksasi merupakan suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat. 7. Sedangkan menurut Hakim (2004: 41) relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetral mungkin atau tidak memikirkan apapun. 8. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan pikiran dan anggota tubuh seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai kepada gerakan kaki. B. Manfaat Relaksasi Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi: Burn (dikutip oleh Beech dkk, 1982) melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi, antara lain: 1. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stress 2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi 3. Mengurangi tingkat kecemasan 4. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara atau sebagainya 5. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama periode stress, misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makanan yang berlebih-lebihan 6. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan penampilan fisik 7. Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi dengan menggunakan ketrampilan relaksasi 8. Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil dari relaksasi, sehingga memungkinkan individu untuk menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis 9. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dalam operasi, seperti pada persalinan yang alami, relaksasi tidak hanya mengurangi kecemasan tetapi juga memudahkan pergerakan bayi melalui cervix 10. Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol yang meningkat terhadap reaksi stress 11. Meningkatkan hubungan antar personal Menurut Welker,dkk,dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan ketenangan batin bagi individu 2. Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah 3. Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa 4. Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak 5. Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit 6. Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik 7. Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan 8. Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain 9. bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan tidak enak badan 10. Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi merokok, mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan pada saat menstruasi serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan. Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah dan mengurangi ketegangan pikiran dan otot - otot akibat stres karena ketegangan dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Bila ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi lemah dan akibatnya tubuh tidak dapat melakukan fungsinya secara optimal. Relaksasi penting apabila anda mempunyai gejala seperti berikut: a. Berdebar-debar b. Sakit kepala c. Berpeluh d. Susah untuk bernafas e. Paras glukos darah yang tidak terkawal f. Keadaan badan yang tidak selesa seperti ketidakcernaan,sembelit dan kegelisahan. g. Kepenatan atau susah hendak tidur. h. Ketegangan otot terutama otot ditengkuk dan otot bahu. i. Susah untuk memberi tumpuan dan mudah risau. j. Kurang sabar, mudah tersinggung dan cepat marah. k. Hilang selera makan atau makan berlebihan. l. Hilang minat terhadap seks. C. Tujuan 1. Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak tidur,sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma 2. Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik. 3. Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan. D. Karakteristik 1. Merupakan metode untuk mengembalikan tubuh dalam kondisi homeostatis sehingga konseli dapat kembali tenang. 2. Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan menyenangkan E. Jenis-jenis teknik relaksasi Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain: 1. Autogenic Training yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang tenang dan sebagainya. 2. Progressive Training Adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian sebaliknya. 3. Meditation Adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh. Bernstein dan Borkovec,1973; Goldfried dan Davidson,1976; Walker dkk,1981 juga merumuskan relaksasi otot menjadi tiga macam tipe yaitu : 1. Relaxation via tension- Relaxation Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-oto badan disini konseli diberitahu bahwa pada fase menegangkan akan membantu dirinya untuk lebih menyadari sensasi yang berhubungan dengan kecemasan dan sensasi-sensasi tersebut bertindak sebagai isyarat utau tanda untuk melemaskan ketegangan. Konseli dilatih untuk melemaskan otot yang tegang dengan cepat seolah-olah mengeluarkan ketegangan dari badan sehingga konseli akan merasa rileks. Pada mulanya prosedur pelemasan otot-otot dengan cepat ini dikenalkan oleh Lazarus dan Paul (dikutip oleh Goldfried dan Davidson,1976). Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki. 2. Relaxation via Letting Go Metode ini bertujuan memperdalam relaksasi konseli dilatih untuk menyadari dan merasakan rileksasi. Konseli dilatih untuk menyadari ketegangannya dan berusaha sedekat mungkin untuk mengurangi serta menghilangkan ketegangan tersebut dengan demikian, konseli akan lebih peka terhadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan. 3. Differential Relaxation Merupakan salah satu penerapan keterampilan relaksasi progesif. Latihan relaksasi ini dapat dilakukan dengan cara merangsang konseli untuk relaksasi yang dalam pada otot-otot yang tidak diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu, kemudian mengurangi ketegangan yang berlebihan pada otot-otot yang diperlukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Latihan relakssai ini dapat dilakukan apabila subyek telah mencapai keadaan yang rileks. Latihan relaksasi deferensial yang teratur akan menghasilkan penurunan tingkat ketegangan secara umum. Hal ini akan menghasilkan berkurangnya ketegangan dan meningkatkan rasa nyaman sewaktu individu melakukan aktivitas sehari-hari. Program yang dilakukan untuk relaksasi diferensial, meliputi suatu seri latihan yang dimulai dari situasi yang hanya sendiri di ruang sunyi sampai pada situasi dengan orang lain di tempat yang ramai, dari posisi duduk sampai posisi berdiri, dari aktivitas yang sederhana sampai aktivitas yang kompleks. Dalam teknik ini konseli diberi sutu seri pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara lisan, tetapi dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami oleh konseli pada waktu instruksi dilakukan. F. Prosedur Pelaksanaan Relaksasi Secara umum pelasanaan relaksasi atau penenangan dilakukan dengan cara mengendurkan urat-urat seluruh bagian badan secara berangsur-angsur sehingga tidak ada lagi bagian tubuh yang kejang atau kaku. 1. Persiapan lingkungan Fisik a. Kondisi Ruangan Ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi harus tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan konseli untuk berkonsentrasi. b. Kursi Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur c. Pakaian Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu. 2. Prosedur umum pelaksanaan relaksasi 1) Klien dipersilahkan duduk atau tidur dalam keadan santai 2) Konselor menjelaskan penjelasan supaya klien mengikuti perintah atau intruksi konselor 3) Konselor memberikan intruksi dengan jelas dan nada suara menyejukan 4) Waktu yang diberikan ±30 menit. 5) Persediaan untuk relaksasi a. Pastikan diri anda merasa tenang dan selesa b. Pergi ke tandas dan bersihkan diri anda dahulu. c. Pakai pakaian yang longgar, tanggalkan cermin mata dan kasut. d. Pilih bilik yang sunyi, tiada gangguan dan yang sejuk dan nyaman. e. Duduk atau baring dalam keadaan yang selesa. 6) Prosedur untuk teknik relaksasi a. Pernafasan Dalam 1. Ini adalah teknik yang paling asas. 2. Menarik nafas dan menghembus nafas secara dalam. 3. Boleh dilakukan di mana-mana dan bila-bila masa. 4. Cuba praktikkan untuk beberapa minit, 3 atau 4 kali sehari dan apabila anda merasa 5. tegang atau tertekan Adapun pendapat Benson (Buchori, 2008: 10) Relaksasi adalah prosedur empat langkah yang melibatkan: (1) Menemukan suasana lingkungan yang tenang (2) Mengendorkan otot-otot tubuh secara sadar (3) Selama sepuluh sampai dua puluh menit memusatkan diri pada perangkat mental (4) Menerima dengan sikap yang pasif terhadap pikiran-pikiran yang sedang bergolak. G. Jenis penenanang Untuk Relaksasi a. Penenangan sederhana Yaitu penenangan yang dilakuakn dengan tekhnik-tekhnik yang sederhana dan tidak rumit. Gerakan intinya yaitu tarik nafas secara berangsur-angsur. b. Penenangan Penuh Yaitu penenangan yang dilakuakan penuh melibatkan seluruh anggota badan yang terasa kaku dan tegang. TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK A. Konsep Dasar dan Pengertian Desensitisasi Sistematis dikembangkan oleh Joseph Wolpe pada awal tahun 1950. Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan secara bertahap stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan. Merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus tingkahlaku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkahlaku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Wolpe (1958), sebagai pengembang teknik desensitisasi berargumentasi bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan respons kecemasan dapat dihapus oleh penemuan 24 respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut. (Misalnya, dengan pengkondisian klasikal). Asumsi dasar teknik ini adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah dengan menggantikan aktivita yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut. Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini berupa kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon yang sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau penenangan Teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari teori atau pendekatan behavioral klasikal yang memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat menyesuaikan. Prinsip dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon yang bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi 1. Arwin Zoelfatas (107 : 2009) menyatakan bahwa desensitisasi merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan. 2. Desensitisasi pada hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.(Erta wa Isyqika dalam http://ermahfir.blogspot.com) B. Tujuan Tujuan teknik desensitisasi sistematis adalah : a. Teknik desensitisasi sistematis bermaksud mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli. b. Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau masalah sosial. c. Menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. d. Menghapus tingkah laku negatif seperti kecemasan. C. Manfaat 1. Menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. 2. Menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan 3. Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain. 4. Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya. 5. Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu 6. Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. 7. Desensitisasi sistematis sering digunakan untuk mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain. 8. Dengan teknik desensitisasi sistematis konseli dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya. 9. Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu D. Karakteristik Tekhnik Desensitisasi. Adapun karakteristik atau ciri-ciri terapeutik teknik desensitisasi sistematis menurut pendekatan behavioral adalah: a. Merupakan suatu teknik melemahkan respon terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan mengenalkan stimulus yang berlawanan (menyenangkan) b. Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi c. Merupakan perpaduan dari beberapa teknik E. Prosedure a. Analisis Perilaku yang menimbulkan masalah (kecemasan/ketakutan) b. Menyusun Hierarkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan masalah (ketakutan/kecemasan) dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan klien. c. Memberi latihan-latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki. Kaki klien diletakkan di atas bantal atau kain wool. Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah. d. Klien diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya seperti di pantai, di tengah taman yang hijau dan lain-lain. e. Klien disuruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan. Bila klien sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi klien. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan. f. Bila pada suatu situasi klien merasa cemas/gelisah, konselor memerintahkan klien agar membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan rasa kecemasan/ketakutan yang baru saja terjadi g. Menyusun Hierarki atau jenjang kecemasan harus bersama klien, dan konselor menuliskannya pada selembar kertas.

URGENSI KEPERCAYAAN DIRI

URGENSI KEPERCAYAAN DIRI Posted by Matsutono,S.Pd
Kercayaan diri menjadi salah satu pilihan alternatif dari mereka yang mengalami masalah kepercayaan diri. Meski bukan sesuatu yang nampak secara lahir, namun adanya krisis kepercayaan diri dianggap sebagai sebuah masalah penting dalam kehidupan seseorang. Karena tanpa ada kepercayaan diri, maka seseorang akan merasa gamang dalam menjalani hidup mereka. Dengan memahami teori kepercayaan diri, diharapkan seseorang bisa dibangkitkan dari rasa rendah diri yang dialaminya. Dan ini adalah sebuah awal untuk bisa menggali potensi seseorang secara optimal. Sebab, kepercayaan diri akan menyebabkan seseorang mendapat keyakinan bahwa dirinya memiliki sebuah potensi yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh orang lain. Inilah arti penting rasa percaya diri. Bahwa kepercayaan diri akan mampu membawa seseorang meraih sukses dengan mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya. Dan dengan kepercayaan diri pula, sebuah masalah yang dihadapi seseorang bisa diselesaikan dengan baik. Sebab, orang yang memiliki kepercayaan diri, cenderung memiliki tingkat ketenangan dalam berpikir. Dengan adanya ketenangan ini, maka kerja otak akan bisa berjalan dengan lancar. Inilah yang menyebabkan seseorang bisa mendapatkan berbagai pemikiran yang mungkin tidak dipikirkan oleh orang lain pada saat menghadapi sebuah masalah. Di sisi lain, kita pun harus bisa mengelola rasa percaya diri tersebut. Karena rasa percaya diri yang berlebihan juga tidak menimbulkan kebaikan. Di satu sisi percaya diri berlebih bisa menumbuhkan kesombongan dalam diri seseorang. Selain itu, berlebihnya kepercayaan diri pun bisa berdampak kita menjadi kurang waspada akan sesuatu karena cenderung meremehkan hal tersebut. Cara Mendapatkan Kepercayaan Diri Selain belajar melalui teori kepercayaan diri, seseorang bisa pula menumbuhkan kepercayaan diri secara praktek. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendorong dan menumbuhkan rasa percaya diri tersebut di antaranya adalah : 1. Selalu belajar dan memperluas wawasan. Dengan belajar dan memiliki wawasan luas, seseorang akan bisa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan yang sama seperti orang lain. 2. Banyak bergaul dengan berbagai macam karakter manusia. Hal ini akan memudahkan kita untuk terbiasa berhubungan dengan orang lain dan cepat beradaptasi. Masalah kepercayaan diri biasanya dimunculkan karena kita kurang terbiasa bergaul dengan orang yang memiliki karakter berlainan dengan apa yang biasa kita hadapi. 3. Jadilah diri sendiri. Bagi orang yang kurang percaya diri, mereka cenderung meniru orang lain dalam segala sisi. Baik itu penampilan atau juga karakter. Ubahlah semua itu, dan yakinlah bahwa menjadi diri sendiri bukan sebuah hal yang salah. 4. Jangan pernah takut salah. Rasa minder biasanya muncul sebagai akibat kita merasa takut untuk berbuat salah atas apa yang akan kita kerjakan atau lakukan. Hilangkan perasaan itu, dan gantikan dengan pemikiran bahwa manusia adalah tempat salah dan khilaf. Yang paling penting bukanlah bagaimana kita tidak berbuat salah, melainkan bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan yang kita lakukan. Dan percayalah, bahwa orang lain pun pernah berbuat salah untuk hal yang kita tidak ketahui. Jadi, berbuat salah adalah sebuah kewajaran. Sedangkan yang tidak wajar adalah apabila kita tidak mau belajar dari kesalahan itu dan menjadi lebih baik di kemudian hari.