Sabtu, 17 November 2012

ADVERSITY QOUTIENT ( AQ ) APA ITU ?

ADVERSITY QOUTIENT ( AQ ), APA ITU ? Posted by MATSUTONO,S.Pd
Penelitian menunjukkan bahwa selain IQ dan EQ, penentu keberhasilan seseorang dalam hidupnya adalah juga kemampuan adversity Qoutient (AQ). Adversity Qoutient adalah kemampuan seseorang untuk seberapa jauh dapat bertahan menghadapi kesulitan – kesulitan dan dapat mengatasi kesulitan – kesulitannya. Semua Kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan (peluang) bagi jiwa kita untuk tumbuh Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut sari tulisan Paul G. Stoltz, Ph.D., 2000, tentang Adversity Qoutient ini. Pada umumnya, ketika dihadapkan pada tantangan – tantangan hidup, kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan benar – benar teruji. Banyak orang yang mudah menyerah ! Mengapa ada banyak orang yang jelas – jelas sangat berbakat (cerdas) namun gagal menunjukkan dan membuktikan potensi dirinya ? Sebaliknya tidak sedikit orang yang hanya memiliki sepersekian saja sumber daya (bakat dan kecerdasan) dan dengan kesempata yang sama justru bisa lebih unggul dan mempunyai prestasi melebihi yang diharapkan dan diperkirakan. Manusia dilahirkan dengan dilengkapi satu dorongan inti manusiawi, yakni dorongan untuk terus mendaki. Mendaki dalam arti luas adalah menggerakkan terus dan terus tujuan – tujuan hidup ke depan. Misalnya : tujuan memperbaiki nilai rapor, menyelesaikan SMA / Perguruan Tinggi, berwiraswasta yang sukses, menjadi seorang pakar yang piawai, pengusaha yang berhasil, dan seterusnya termasuk tujuan menjadi hamba yang dekat dengan Tuhannya sehingga sukses dunia akhiratnya. Yang jelas orang – orang yang sukses sama – sama memiliki dorongan yang mendalam (kuat) untuk berjuang, untuk maju, untuk meraih cita – cita, dan mewujudkan impian – impiannya. Inilah kekuatan yang disebut adversity (adversity Qoutient), kemampuan untuk mendaki kehidupan ini dan siap bertahan dalam memecahkan kesulitan – kesulitan yang mungkin muncul. Tipe – tipe dalam pendakian Dalam perjalanan pendakian hidup ini banyak ditemui bermacam – macam tipe manusia. Ada tiga tipe besar manusia, yakni : 1. Tipe “Quitters” (orang – orang yang berhenti) Mereka berhenti dan memilih tidak mendaki lagi, keluar, mundur dan menghindari kewajiban, tidak memanfaatkan peluang / kesempatan yang ditawarkan dan diberikan Tuhan dalam hidup ini. 2. Tipe “Campers” (orang – orang yang berkemah) Mereka giat mendaki tetapi di tengah perjalanan bosan, merasa cukup dan mengakhiri pendakian dengan mencari tempat datar dan nyaman untuk membangun tanda perkemahan kehidupan ini. 3. Tipe “Climbers” (para pendaki sejati / orang – orang yang seumur hiduo membaktikan diri pada pendakian menuju kehidupan sesungguhnya di hari akhir nanti. Gaya Hidup Quitter, Camper dan Climber 1. Quitter (orang yang berhenti mendaki) memilih jalan hidup yang datar – datar saja dan mengambil yang lebih mudah saja. Ironisnya dengan cara itu, ia akan menderita pada saat yang memilukan adalah ketika ia menoleh kebelakang dan melihat bahwa ternyata kehidupannya tidak optimal, kurang makna, banyak yang disia – siakan, sangat boros dalam waktu dan hidup. Akibatnya ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi, menyalahkan semua orang disekelilingnya dan membenci (iri hati) pada orang – orang yang terus mendaki kehidupan ini. “Quitter” mencari pelarian untuk menenangkan hati dan pikirannya meski semua belaka. Berlakulah apa yang ditamsilkan bahwa orang – orang yang takut mati sesungguhnya tidak pernah benar – benar hidup. 2. Gaya hidup “Campers” (orang – orang yang berkemah). Pada mulanya kehidupannya penuh proses – proses pendakian dan perjuangan, cukup jauh ia mendaki namun ia memilih berbelok membangun kemah di lereng gunung kehidupan. Karena lelah mendaki, menganggap prestasi ini sudah cukup. Ia senang dengan ilusinya sendiri tentang apa yang sudah ada, tak menengok apa yang masih mungkin terjadi. Gaya hidup “Campers” memfokuskan energinya pada kegiatan “mengukir – ukir” perkemahan dan mengisi isinya dengan barang – barang yang membuat nyaman. Ia melepaskan peluang untuk maju. “Campers” menciptakan semacam “penjara yang nyaman” sebuah tenda kehidupan yang terlalu enak untuk ditinggalkan. Contoh tipe “Campers” adalah orang – orang yang sudah memiliki pekerjaan bagus, gaji dan tunjangan yang layak, namun mereka telah melepas masa – masa penuh gairah, belajar dan tumbuh, energi kreatif. Mereka puas dan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri (Aktualisasi diri). 3. Gaya Hidup “Climbers” (pendaki sejati) Mereka menjalani hidup secara lengkap, mereka yakin bahwa langkah – langkah kecil saat ini akan membawa kemajuan dan manfaat jangka panjang. Pendaki sejati tidak lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan.

BERPIKIR POSITIF ( POSITIVE THINKING )

BERPIKIR POSITIF ( POSITIVE THINKING ) Posted by Matsutono,S.Pd
1. Pentingnya Berpikir Positif Kalau kita mendengar kata positif pasti kita akan terbayang hal-hal yang baik saja, berpikir positif, bertindak positif, berkelakuan positif yang artinya adalah sesuatu yang baik-baik saja. Dalam menjalani hidup, tentu saja kita sebagai manusia selalu ada masalah n tantangan yang diberikan Tuhan Yang Mahaesa. Apa yang Tuhan berikan itu pastilah untuk menguji kita sebagai hamba apakah tetap berada dijalan-Nya atau tidak. Setiap orang punya masalah tapi yang membedakan orang yang satu dengan yang lain adalah bagaimana orang tersebut me-manage dan menyikapi masalah yang dihadapi. Secara sadar ataupun tidak, kita sering mengeluh dan berpikir negatif terhadap keadaan atau situasi yang kita alami. Berpikiran negatif kepada sesama manusia saja tidak baik, apalagi kalau kita sampai berpikiran negatif kepada Sang Pencipta?! 2. Manfaat Berpikir Positif dan Senyum Sudah tidak diragukan lagi bahwa hanya dengan berpikir positif badan kita menjadi sehat, tidak sakit-sakitan, atau bahkan sukses dalam bisnis. Memang dengan berpikir positif urat-urat saraf kita menjadi tidak tegang, sehingga pikiran menjadi jernih, mudah memutuskan hal-hal yang penting. Selain berpikir positif, senyum juga sangat besar pengaruhnya terhadap diri kita. Saya sering menganjurkan teman-teman meluangkan waktunya untuk tersenyum Orang yang sedih bisa gembira dengan senyum. Orang marah akan reda jika bisa tersenyum. Jika tidak bisa tersenyum, dipaksakan untuk tersenyum dengan cara menarik ujung bibir seperti orang yang sedang tersenyum. Dengan cara tersebut sudah terbukti mengendorkan urat saraf yang tegang. Dalam buku The Secret juga diungkapkan bahwa pikiran positif menjadi dasar utama dalam mencapai kesuksesan. Bahkan orang yang sakit pun akan sembuh hanya dengan berpikir positif. Tetapi mudahkah kita untuk berpikir positif? Jadi, dengan berpikir positif dan senyum, hati menjadi tenang, pikiran menjadi jernih, saraf tidak tegang, dan bekerja akan menjadi lebih lagi. Mari kita mulai hari-hari dengan berpikir positif dan senyum serta syukur. 3. Menuju Sukses : Berpikir Positif Percaya atau tidak, sikap kita adalah cermin masa lampau kita, pembicara kita di masa sekarang dan merupakan peramal bagi masa depan kita. Maksudnya apa ? Ya, bahwa kondisi masa lalu, sekarang dan masa depan kita dapat tercermin dari bagaimana sikap kita sehari-hari. Camkan satu hal, sikap kita merupakan sahabat yang paling setia, namun juga bisa menjadi musuh yang paling berbahaya. Bagaimana sikap mental kita adalah sebuah pilihan; positif ataukah negatif. Jika kita seorang yang berpikiran positif, kita pasti mampu menghasilkan sesuatu. Kita akan lebih banyak berkreasi daripada bereaksi. Jelasnya, kita lebih berkonsentrasi untuk berjuang mencapai tujuan-tujuan yang positif daripada terus saja memikirkan hal-hal negatif yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan bersikap positif bukan berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Namun, bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan menuju keberhasilan. Dari beberapa buku yang saya baca beberapa tips berikut terbukti cukup membantu. Cobalah untuk menjalankan kegiatan-kegiatan berikut ini sebanyak mungkin dalam hidup kita. Sebagaimana untuk mencapai hal- hal lainnya, untuk menjadi seorang yang berpikiran positif, prosesnya harus dilakukan secara terus-menerus : a. Pilihlah sebuah kutipan yang bernada positif setiap minggunya dan tulislah kutipan tadi pada selembar kartu berukuran 3 x 5. Bawalah kartu tadi setiap hari selama seminggu. Baca dan camkanlah kutipan tadi secara berkala dalam sehari dan jadikan afirmasi, misalnya di meja kerja Anda, di dashboard mobil, atau di cermin kamar mandi. Jadikanlah setiap kutipan tersebut bagian pemikiran Anda selama seminggu itu. b. Pilihlah seseorang yang Anda anggap berpikiran negatif. Cobalah cari hal-hal yang positif dalam diri orang itu dan ubahlah pikiran-pikiran negatif Anda mengenai orang tersebut dengan hal-hal positif tadi. c. Pilih satu hari istimewa dalam seminggu dan jadikanlah hari itu sebagai “hari 10″. Bangunlah pada pagi hari dan yakinlah bahwa setiap orang yang akan Anda temui bernilai “10″, dan perlakukanlah mereka secara demikian. Anda pasti akan heran sendiri melihat tanggapan yang akan Anda peroleh dari orang-orang yang selama ini Anda anggap remeh. d. Tandai suatu hari dalam seminggu sebagai “hari berpikiran positif.” Hapuslah kata-kata “tidak dapat,” “tidak pernah,” / kata-kata lain yang senada, usahakan agar Anda menemukan cara untuk mengatakan apa yang bisa Anda lakukan. e. Paling tidak sekali dalam seminggu, carilah suatu kesempatan untuk bisa memberi kepada orang lain dengan tulus. Lakukanlah suatu yang khusus pada suami/istri ataupun anak-anak Anda. Berbuatlah suatu kebaikan pada seseorang yang belum Anda kenal. Siapa yang ingin sukses ? Kuncinya jangan pernah sekali-kali berpikiran negatif ! Buang jauh-jauh hal-hal negatif ; juga kalimat-kalimat negatif dari pikiran Anda ! Jangan pernah ada lagi kalimat-kalimat seperti : “Pasti gagal; Kami belum pernah melakukannya; Kami tak sanggup melakukannya; Saya belum siap melakukannya; Itu bukan tanggung jawab kami; dan sebagainya”. 4. Membangun Sikap Berpikir Positif Ada 12 cara untuk membangun sikap menjadi lebih positif, antara lain : 1. Kamu bisa memilih bersikap optimis 2. Kamu bisa memilih menerima segalanya apa adanya 3. Kamu bisa memilih cepat pulih 4. Kamu bisa memilih cerita 5. Kamu bisa memilih bersikap antusias 6. Kamu bisa memilih lebih peka 7. kamu bisa memilih humor 8. Kamu bisa memilih sportif 9. Kamu bisa memilih rendah hati 10. Kamu bisa memilih bersyukur 11. Kamu bisa memilih beriman 12. Kamu bisa memilih berpengharapan “Semoga harapanmu tercapai dan berbahagialah hari ini”

BERGAUL CERDAS

BERGAUL SECARA CERDAS Posted by Matsutono,S.Pd
Banyak orang karena pergaulannya yang sehat dan luas, menyebalkan ia sukses dan berkembang. Namun tidak sedikit, orang yang hancur masa depannya, justru karena pergaulannya. Adakah jenis pergaulan yang salah? Bagaimana pergaulan Anda saat ini? Adapun Ciri-ciri pergaulan yang tidak sehat adalah : 1. Kelompok “Klik” “Klik” adalah pergaulan dalam kelompok kecil, hanya dengan orang- orang tertentu yang itu-itu saja secara eksklusif. Misalnya : Pergaulan antara 3 – 5 orang saja, tanpa pernah membuka diri dengan lainnya. 2. Solidaritas Buta Solidaritas secara buta adalah suatu pergaulan yang menerapkan nilai- nilai kesetiaan kepada kelompoknya secara ketat, sehingga mematikan jati diri anggotanya. Misalnya : Pergaulan yang mengatur solidaritas anggotanya secara mutlak, anggota tidak dibenarkan untuk berbeda atau tidak setia kepada kebijakan kelompok. 3. Pola Pikir : Aku harus disenangi semua orang Banyak orang berpikir bahwa kesuksesan bergaul itu harus bisa disenangi semua orang. Sehingga dengan segala cara ia lakukan. Ia hanyut dan tidak punya prinsip, karena ingin mengikuti apapun keamuan lingkungannya. 4. Perilaku yang dikendalikan oleh perasaan/emosi. Perasaan tidak tega, kasihan, dan takut menyakiti hati, sering membatasi aktifitas seseorang. Emosi dapat membuat orang bersikap tidak bijaksana. Contoh : i. Karena rasa tidak tega, seorang ibu gagal mendisiplinkan anaknya. ii. Karena takut menyakiti hati, penyimpangan dan penyelewengan dibiarkan terus terjadi iii. Kerna rasa tidak tega/takut mengecewakan pacar, banyak wanita mudah diperdayai.

MENGENAL DAN MENGESKPLORASI POTENSI DIRI

BAGAIMANA MENGENAL DAN MENGEKSPLORASI POTENSI DIRI Posted by Matsutono,S.Pd
1. Apa itu Potensi Diri ? Potensi artinya kemampuan atau kekuatan, yang bersifat fisik maupun psikis. Namun Potensi itu masih merupakan kekuatan dasar (“modal dasar”) yang harus diwujudkan dan dibuktikan secara nyata. Bila tidak demikian, maka potensi itu akan terpendam. Contoh : Bila seseorang siswa disebut berpotensi tinggi seharusnya prestasi belajarnya juga terbukti baik. Potensi diri adalah semua kekuatan, kelebihan, kecakapan yang dimiliki oleh seseorang, baik yang dibawa sejak lahir ( secara genetik ) maupun yang diperoleh dari pengalaman dan pelajaran (pendidikan). (Sumber : Paket I Bimbingan karier, Depdikbud, 1984) Nah, apa saja potensi Anda ? Bukankah setiap orang diberi sejumlah kekuatan dan kelebihan tertentu ! ? 2. Bentuk – bentuk Potensi Persis seperti yang anda bayangkan, potensi memang banyak unsur dan ragamnya. Potensi fisik misalnya, terdiri atas : keadaan jasmaniah, ukuran / bentuk dan penampilan fisik, kualitas inderawi ( daya melihat, mendengar, dll ); daya tahan tubuh, kesegaran, kebugaran, kelenturan, kelincahan, kekuatan ( gerak / kerja ), keseimbangan, dan kesehatan ( kesehatan gigi, mata, pernafasan, pencernaan, persendian, dll ). Potensi non fisik antara lain : Intelegensi ( kecerdasan, bakat, minat, hobi, ciri / sifat kepribadian, kemantapan emosional, motivasi, sikap, kreativitas, daya tanggap, dan lain – lain. Dewasa ini juga dikaji, tentang adanya potensi kecerdasan emosional ( emotional qoutient ), kecerdasan ( kemampuan ) dalam mengatasi kesulitan – kesulitan ( adversity qoutient ) dan potensi keimanan atau kecerdasan spiritual ( spiritual qoutient ). 3. Mengembangkan potensi diri Kadang kita prihatin, melihat layu dan gugurnya kuncup bunga yang belum sempat mekar. Karena si empunya lalai tidak menyiramkan air segar. Demikianlah kuncup – kuncup potensi diri kita. Ia butuh siraman air pengembangan. Ia butuh upaya dan kerja keras. Ia perlu kesabaran dan daya tahan. Lalaikah Anda, sang Empunya potensi itu ? Sejenak telusurilah macam – macam potensi dan kekuatan Anda !! a. Potensi Intelektual Kemampuan intelektualnya adalah kecerdasan atau intelegensi. Satuan ukurannya ialah Intellegence Qoutient (IQ). Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasi lingkungan secara efektif ( Marthen Pali,1993 ). Untuk mengetahui intelegensi dapat dilakukan dengan cara sekilas yakni mengamati hasil belajar sehari – hari (nilai ulangan harian sampai nilai rapor); atau secara teliti melalui pemeriksaan psikologis dengan tes intelegensi. b. Kecerdasan Sosial Tingginya taraf kecerdasan rasional (otak) terbukti belum menjamin gemilangnya prestasi seseorang dalam kehidupan sehari – hari ketika belajar / bergaul dan berinteraksi sosial secara nyata. Untuk itu, ada upaya mengidentifikasi jenis kecerdasan lain. Dicobalah menemukan kecerdasan jenis lain itu, dan dinamai kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial ini, terdiri dari kepekaan sosial, komunikasi yang baik, empati, pengertian / pemahaman terhadap orang lain (Munandir, 1995). c. Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient) Kecerdasan emosional adalah intelegensi dunia perasaan seorang individu. Seorang pakar mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan individu untuk mengenali emosi (perasaan) diri sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi itu dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 1999 dalam Ramli, 2001). Bisa terjadi seseorang yang cerdas (otaknya) namun dapat menjadi sedemikian tidak rasional (menjadi “bodoh”). Mengapa ? Kcerdasan akademis (IQ) sedikit saja kaitannya dengan kehidupan emosional. Dapat saja orang yang paling cerdas pun diantara kita, terperosok ke dalam nafsu tak terkendali dan meledak – ledak ! (Goleman, 1999). d. Kecerdasan Emosional (Emotional Qoutient) Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar / bekerja dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Contoh : Seseorang yang berbakat melukis, akan lebih cepat bisa dan cepat menyelesaikan pekerjaan melukis tersebut, dibandingkan dengan orang lain yang tingkat bakatnya dibawahnya. Bakat (aptitude) juga bermakna potensi yang akan diwujudkan di waktu yang akan datang. Maksudnya bakat menunjukkan adanya peluang saja, yakni peluang keberhasilan (Munandir, 1995). Maka tidak heran ada istilah bakat terpendam. Dengan kata lain bakat harus disemaikan, diwujudkan, dan dikembangkan. Kalau tidak, lepaslah peluang keberhasilannya. Untuk mengembangkan potensi bakat perlu menggerakkan seluruh aspek JENIS BAKAT Menurut beberapa referensi test bakat, dikenali adanya contoh jenis – jenis bakat, yaitu : bakat verbal, bakat numerikal. Verbal : Konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata Numerikal : Konsep – konsep dalam bentuk angka – angka Skolastik : Kombinasi kata – kata dan angka – angka Abstrak : Aspek yang tidak berupa kata maupun angka, namun berbentuk pola, rancangan, diagram dengan ukuran – ukuran, bentuk dan posisi – posisinya. Mekanik : Prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas, dan alat – alat lainnya. Relasi ruang : Mengamati, mencitrakan pola dua dimensi / berpikir dalam tiga dimensi. Kecepatan Ketelitian Klerikal : Tugas tulis menulis, ramu meramu untuk kantor, laboratorium dan lain – lain. Bahasa : Penalaran analitis tentang bahasa, misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiar, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lain. e. Kecerdasan Spiritual Suatu kecerdasan yang bersangkut paut dengan pengikatan diri dengan Zat Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan. Kecerdasan spiritual merupakan kepekaan batin seseorang untuk melihat dan merasakan perbedaan antara suatu kebaikan dan keburukan, suatu kemampuan diri untuk memilih dan berpihak kepada kebaikan dan merasakan nikmatnya seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan tidak mudah cepat putus asa, pantang menyerah, hidupnya akan penuh dengan harapan dan ketenangan hati. Ia sadar bahwa dirinya itu milik Tuhan Yang Maha Kuasa dan Tuhan adalah sumber kebaikan. f. Minat ( Interest ) Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Orang yang berminat pada suatu hal akan memberi perhatian, mencarinya, mengarahkan diri, berusaha mencapai / memperoleh sesuatu itu. (Munandir, 1995). Minat dapat membangkitkan “power”, kekuatan, dorongan yang mengarahkan kepada optimalisash pendakian objek tertentu. Dengan minat, seseorang dapat menghadapi hal yang berat menjadi ringan, yang jauh akan terasa dekat, pelajaran yang sulit terasa mudah. Guilford, 1956, membedakan minat menjadi : minat vokasional menunjuk pada bidang – bidang pekerjaan. Minat vokasional yaitu minat untuk memperoleh kepuasan dari kegiatan tertentu, misalnya petualangan, hiburan, apresiasi, artistik, ketelitian, dan lain – lain. Minat Vokasional terdiri dari tiga faktor, yakni : 1. Minat profesional yakni minat dan keilmuan, ekspresi aestitis (seni), dan kesejahteraan sosial. 2. Minat komersial yaitu minat pada pekerjaan dunia usaha / bisnis, jual beli, periklanan, kesekretariatan, akuntansi dan sebagainya. 3. Minat kegiatan fisik yaitu minat mekanik (tata kerja mesin), kegiatan luar (out door). Minat juga dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Sekelompok orang yang suka / berminat bekerja dengan benda – benda (mesin, perkakas, tanaman di ruang terbuka). 2. Sekelompok orang yang berminat pada pekerjaan administrasi, mengolah angka dan data, taat pada peraturan dan cermat. 3. Mereka yang suka bisnis dan berorganisasi, mengajak / mempengaruhi dan mempresentasikan sesuatu. 4. Mereka yang berminat pada kegiatan sosial : mengajar, merawat komunikasi, memberi informasi, dan lain – lain. 5. Mereka yang berminat pada kegiatan ekspresi seni, intuitif, imajinasi dan kreativitas. 6. Mereka yang berminat pada kegiatan mengamati, meneliti, menganalisis, mengevaluasi, lebih banyak berpikir dari pada bertindak. Sedangkan Kuder memilah minat menjadi : minat kegiatan luar (out door), mekanikal, komputasional, ilmiah, persuasif, artistik, kesusastraan, musik, pelayanan sosial, klerikal. Catatan : minat adalah hasil belajar, artinya minat dapat berubah – ubah sesuai dengan perkembangan wawasan dirinya. Yang saat ini diminati, mungkin pada saat mendatang tak disukai lagi.

URGENSI ASERTIF

URGENSI ASERTIF Posted by Matsutono,S.Pd
A. Pengertian Asertif Asertif adalah kemampuan untuk mengomunikasikan pikiran, perasaan dan keinginan secara jujur pada orang lain tanpa merugikan orang lain. Apabila kita mampu mengungkapkan perasaan negatif (marah, jengkel) secara jujur sesuai dengan apa yang kita rasakan tanpa menyalahkan orang lain, maka kita telah mampu berperilaku asertif. Berperilaku asertif, tidak hanya terbatas untuk mengungkapkan perasaan yang positif (senang) tetapi juga yang negatif. AGRESIF : lawan dari asertif = perilaku menyerang orang lain dengan kata-kata yang kasar, mempermalukan, merendahkan, melecehkan, menyalahkan, marah-marah yang cenderung merugikan orang lain. NON ASERTIF : tidak mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain dengan tidak mengatakan apapun dan menggerutu dalam hati yang sama sekali tidak dipahami oleh orang lain. B. Karakteristik Orang Asertif Orang yang berperilaku asertif memiliki karakteristik antara lain : 1. Mampu dan terbiasa mengekspresikan pikiran dan perasaan pada orang lain. 2. Meminta pertolongan pada orang lain pada saat membutuhkan pertolongan. 3. Sering bertanya pada orang lain pada saat sedang bingung. 4. Pada saat berbeda pendapat dengan orang lain, mampu mengungkapkan pendapatnya secara jujur dan terbuka. 5. Memandang wajah orang yang diajak bicara pada saat berbicara dengannya. 6. Pada saat tidak ingin melakukan sesuatu pekerjaan, mampu berkata tidak. C. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif Faktor pengalaman masa kanak-kanak. Faktor tersebut dapat mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain : 1. Apabila pada masa kanak-kanak terbiasa takut untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan karena takut orang lain tidak menyukai kita dan takut mengecewakan orang lain, maka hal ini dapat mengakibatkan kita berperilaku non asertif ketika dewasa. 2. Bila pada masa kanak-kanak, kita terbiasa meluapkan emosi tanpa kontrol maka hal ini mengakibatkan kita berperilaku agresif ketika dewasa. 3 Pola Interaksi Ada 3 pola interaksi yang terbentuk sebagai hasil pengalaman pada masa kanak-kanak, yaitu : 1. I’m not OK – You’re OK Saya tidak OK – kamu OK, maksudnya adalah : saya harus yakin bahwa apa yang saya katakan tidak akan menyinggung perasaanmu. Pola interaksi ini merupakan perilaku non asertif, karena membiarkan diri kita pasif dengan alasan takut mengecewakan orang lain. 2. I’m OK – You’re not OK Saya OK – kami tidak OK. Maksudnya : orang lain patut mendapatkan kemarahan dan hinaan dari saya. Pola ini merupakan perilaku agresif, karena bila kita membuat orang lain tidak nyaman dengan apa yang telah kita katakan. 3. I’m OK – You’re OK Saya OK – kamu OK. Maksudnya : saya bebas mengungkapkan apa yang saya rasakan dan saya bertanggung jawab terhadap perasaan saya. Pola interaksi ini merupakan perilaku asertif karena kita bebas mengungkapkan apa yang kita rasakan tanpa membuat orang lain merasa tidak nyaman. D. Dampak Perilaku Asertif Perilaku asertif seseorang dapat menimbulkan dampak seperti : 1. Tidak membiarkan orang lain mengambil manfaat dari kondisi yang kita alami, dan orang lain juga memiliki kebebasan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. 2. Tidak berperilaku agresif pada orang lain, bahkan menerima kehadiran orang lain dengan sikap terbuka. 3. Kedua belah pihak yang berkomunikasi merasa nyaman, tidak ada yang ingin menyakiti lawan bicaranya dan tidak ada yang merasa disakiti hatinya. 4. Tidak ada pihak yang merasa disalahkan dan dihina oleh keberadaan emosi negatif yang dirasakan oleh lawan bicaranya. 5. Lawan bicara tidak terpancing untuk memberikan respons emosional. E. Cara Menumbuhkan Perilaku Asertif Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain : 1. Berusahalah dan biasakanlah berbicara dengan rasa percaya diri. 2. Berusahalah dan biasakanlah mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan jelas pada orang lain. 3. Biasakanlah memandang wajah orang yang Anda ajak bicara. 4. Biasakanlah mengungkapkan pendapat kita secara jujur dan terbuka pada orang lain. 5. Apabila Anda tidak ingin melakukan suatu pekerjaan maka katakan “tidak” (dengan kata-kata, nada, alasan yang bisa dimengerti serta diawali “maaf”). 6. Responslah emosi Anda dengan cara yang sehat untuk menghindari perilaku agresif. Beberapa Langkah untuk Merespons Emosi Secara Sehat 1. Sadarilah emosi Anda, perhatikan emosi apa yang Anda rasakan. Misalnya : Apakah Anda takut? Apakah Anda senang? 2. Akuilah emosi Anda : Perhatikan emosi apa yang Anda rasakan dan kira-kira seberapa kuat. 3. Selidikilah emosi Anda tersebut tanpa ada penilaian. Katakan “Saya merasa terlalu tegang, jangan-jangan saya akan mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin untuk dikatakan”.

Jumat, 16 November 2012

KONSEP DIRI 2 ( SELF CONCEPT II )

KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) Posted by Matsutono,S.Pd
Konsep diri merupakan keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Dengan kata lain konsep diri juga merupakan potret tentang bagaimana seseorang melihat, menilai, menyikapi diri dan idealismenya. Konsep diri memiliki tiga unsur, yaitu : a. Pengetahuan tentang diri sendiri Wawasan tentang diri ini semakin luas sesuai dengan perkembangan dinamika konsep dirinya. Misalnya : Nama saya Nurul, periang, suka warna merah, senang matematika dan lain-lain. b. Penghargaan terhadap diri sendiri (diri ideal) Disebut juga “Diri Ideal”, yaitu harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai dengan idealismenya. “Diri ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya menjadi dokter yang sukses, insinyur, pengacara yang jujur, psikolog yang taqwa, sebaliknya adapula orang yang ingin meraih popularitas dalam bermasyarakat. c. Penilaian terhadap diri sendiri Disadari atau tidak setiap saat kita selalu menilai diri sendiri. Khususnya menilai setiap tingkah lakunya. Contoh : Saya pintar pelajaran matematika, tetapi saya lemah dalam pelajaran Bahasa. Hasil penilaian, antara harapan yang dibentangkan dengan fakta yang ada di dalam diri akan menghasilkan “Rasa Harga Diri”. Semakin labar ketidak sesuaian antara keinginan dan keadaan nyata pada diri sendiri maka, “semakin rendah rasa harga dirinya”. Sebaliknya orang yang hidupnya mendekati standar keinginannya, menyukai apa yang dikerjakannya maka akan “semakin tinggi rasa harga dirinya”. Perbedaan Konsep Diri Positif dan Negatif a. Konsep Diri Positif ada dalam diri orang yang mampu menerima keadaan dirinya secara apa adanya dengan menerima resiko kekuatan dan kelemahannya. Dia tidak merasa terancam ketika di kritik serta tidak hanyut sewaktu dipuji dan sanjung. b. Konsep Diri Negatif terjadi pada individu yang tidak banyak mengetahui tentang dirinya, tidak melihat dirinya secara utuh kelebihan maupun kekurangannya. Misalnya : terlalu melihat kelebihan diri saja (menjadi sombong) atau hanya memandang kekurangan diri (menjadi rendah diri). Menguji Konsep Diri 1. Hal-hal yang paling anda sukai/syukuri atas diri dan kehidupan anda… ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. 2. karya seni (lagu, lukisan, sastra dan lain-lain) yang paling bermakna dalam kehidupan anda: ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. 3. Pengalaman pada masa kecil yang sangat mengesankan adalah ………………………… ……………………………………………………………………………………………. 4. Seandainya menjadi tokoh atau bintang, anda ingin menjadi : ……………………………………………………………………………………………. 5. Jika mempunyai kemampuan untuk melakukan, anda akan mengubah diri anda khususnya dalam hal : ……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………….

KONSEP DIRI ( SELF CONCEPT )

KONSEP DIRI ( SELF CONCEPT ) Posted by Matsutono,S.Pd
Setiap orang ingin dirinya sukses. Sukses dalam belajar, bergaul, berkarir, berkeluarga, dan sukses dunia akhirat. Langkah awal kesuksesan adalah mengenal diri, mempelajari kualitas diri. Pemahaman diri dan kualitas diri adalah proses yang sangat penting dalam meningkatkan mutu kehidupan. Tahu diri dan mengenal diri mengantarkan kepada tahap-tahap hidup yang berkualitas. Tidak saja dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga untuk mengarahkan dan mengembangkan diri, membuat perencanaan pendidikan dan karir, memecahkan permasalahan pribadi dan sosial secara realistis, beradaptasi dengan perubahan- perubahan dalam kehidupan, untuk dapat saling menerima dan menghargai orang lain. 1. Apa yang harus kita ketahui tentang diri kita ? Siapa Saya dan sejauh mana Anda mengetahui diri Anda sendiri. Diri adalah seperangkat proses dari ciri-ciri yang mencakup proses fisik, perilaku, dan psikologis. Mengenal diri berarti memahami aspek-aspek pembentukan diri kita. Aspek-aspek tentang diri meliputi : a. Aspek fisik : adalah tubuh dengan segala kualitasnya dan proses yang terkait dengannya b. Diri secara proses adalah proses alur pikir, emosi atau perasaan dan tingkah laku c. Diri secara sosial adalah pikiran dan perilaku hasil interaksi dengan orang lain d. Konsep diri adalah keseluruhan pandangan tentang diri sendiri e. Cita-cita diri adalah segala apa yang diangankan terhadap diri sendiri 2. Konsep Diri (Self Concept). Konsep diri adalah keseluruhan pandangan seseorang tentang diri sendiri. Konsep Diri merupakan potret diri secara mental, yakni bagaimana seseorang menilai dan menyikapi dirinya. Ada 3 dimensi konsep diri, yakni : a. Pengetahuan tentang diri sendiri Dalam benak pikiran seseorang telah memiliki data tentang siapa dirinya. Semakin banyak tahu tentang deskripsi diri akan semakin baik konsep dirinya. Contoh : “Saya Hartini kelas I SMK, pendiam, mudah tersinggung, pintar, jago matematika, hemat, setia, kurang pede, taat beribadah”. Wawasan tentang diri ini semakin lama semakin luas sesuai dengan dinamika konsep dirinya. b. Pengharapan terhadap diri. Disebut juga dengan Diri Ideal, yakni harapan dan kemungkinan dirinya menjadi apa kelak sesuai dengan idealismenya. “Diri Ideal” setiap orang berbeda-beda, ada yang mengharap dirinya menjadi pengusaha yang sukses, akuntan yang jujur, psikolog yang takwa, sebaliknya ada pula orang yang ingin meraih popularitas dalam bermasyarakat. Contohnya : Politikus yang adil, pengusaha yang dermawan, dan lain-lain. c. Penilaian terhadap diri sendiri. Disadari atau tidak setiap saat kita selalu menilai diri sendiri. Khususnya menilai setiap tingkah laku kita. Contoh : tingkah laku belajar saya menghasilkan nilai rapor 5,5 ini berarti gagal. Mengapa bisa terjadi ? Hasil penilaian, antara harapan yang dibentangkan dengan fakta yang ada di dalam diri akan menghasilkan “Rasa Harga Diri ”. Semakin lebar ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan diri sendiri maka “semakin rendah rasa harga dirinya”. Sebaliknya orang yang hidupnya mendekati standar harapan hidupnya, menyukai apa yang dikerjakannya maka akan “semakin tinggi rasa harga dirinya”. 3. Konsep Diri Positif dan Negatif a. Konsep Diri Positif Konsep diri positif ada dalam diri orang yang dapat menerima dirinya secara apa adanya dengan segala risiko kekuatan dan kelemahannya. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang dirinya. Ia membuat harapan-harapan dan perencanaan yang masuk akal, serta kemungkinan besar dapat dicapai. Pribadi seperti ini tidak merasa terancam dan cemas jika dikritik, menerima informasi negatif tentang dirinya. Sebaliknya ia tidak hanyut ketika disanjung dengan informasi positif tentang dirinya. Itulah orang yang konsep dirinya positif memposisikan harga dirinya secara tepat dan wajar. b. Konsep Diri Negatif Konsep diri negatif terjadi pada individu yang tidak banyak tahu tentang dirinya, tidak melihat dirinya secara utuh. Misalnya ia hanya melihat kelemahan diri atau kelebihan-kelebihannya. Sehingga ia membangun harapan-harapan diri yang tidak realistis. Peluang berhasilnya sangat tipis. Pribadi yang demikian memiliki harga diri yang rendah karena memosisikan dirinya secara tidak tepat.

CARA MERAIH PRESTASI DI SEKOLAH

CARA MERAIH PRESTASI DI SEKOLAH Ada banyak hal yang dapat kita lakukan agar kita dapat berprestasi di sekolah. Mulai dari persiapan diri dalam menghadapi pelajaran, pengaturan waktu sampai dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam belajar. Kalau kita mau meraih sukses di sekolah, kita harus mau menyiapkan diri sebaik-baiknya dalam menghadapi pelajaran, baik persiapan yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Berikut ini 10 cara penting yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan prestasi di sekolah (www.duniabelajar.com) : 1. Jadilah seorang pemimpin. Latihlah rasa tanggung jawabmu. Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas, jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpinan mereka untuk membersihkan kelas bersama-sama. 2. Mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya. Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan. 3. Jangan malu untuk bertanya. Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal. 4. Kerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya. Jangan malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton TV deh! 5. Setiap pulang dari sekolah, selalu mengul`ng pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!

MENCATAT EFEKTIF DALAM BELAJAR

MENCATAT EFEKTIF Posted by Matsutono,S.pd
1. Apa itu Mencatat Efektif ? Tidak dipungkiri bahwa membuat catatan dari sebuah bacaan atau ceramah, baik itu perkuliahan dosen atau yang lainnya, memerlukan keterampilan tertentu. Bagi mahasiswa, kemampuan untuk dapat mencatat dengan efektif merupakan keterampilan yang harus dimiliki agar belajar maksimal. Hal ini dimungkinkan karena dengan mencatat, seorang mahasiswa dapat menemukan poin-poin kunci dari buku, laporan, kuliah atau yang lainnya. Keterampilan mencatat harus dimiliki oleh setiap mahasiswa karena kemampuan otak untuk mengingat bacaan atau ceramah dari dosen sangatlah terbatas. Catatan akan membantu otak mengingat apa yang sudah didengar atau dibaca. Catatan yang efektif adalah catatan atau ringkasan yang dapat dibaca secara berulang-ulang dengan mudah sehingga dapat mengingatkan seseorang akan informasi yang pernah diperolehnya. 2. Mengapa Mencatat Efektif penting? Secara tradisional, catatan atau ringkasan dibuat dalam bentuk outline yang umum dilakukan hanya berupa poin-poin penting dan beberapa penjelasannya. Catatan dengan bentuk outline tradisional ini biasanya dibuat berdasarkan pentingnya suatu topic atau poin dan diuraikan dengan poin-poin yang lebih kecil. Pola catatan outline ini umumnya berbentuk seperti contoh berikut; A- …………… 1. …………… 2. …………… 3. …………… B- …………… 1. …………… 2. …………… 3. …………… C- …………… 1. …………… 2. …………… 3. …………… Catatan dengan bentuk outline seperti di atas dapat memakan tempat beberapa halaman sehingga kalau seseorang sedang membaca halaman dua misalnya, otomatis tidak bisa membaca catatan pada halaman satu, ini menjadi salah satu kelemahan dari catatan dalam bentuk outline. Di samping itu catatan dengan bentuk ini tidak mudah diingat, karena pada umumnya otak tidak dapat mengingat uraian-uraian dalam bentuk tulisan yang panjang. 3. Bagaimana cara Mencatat Efektif? Dalam buku kecil ini akan diperkenalkan sebuah teknik mencatat yang lebih efektif yang hanya membuat poin-poin kunci dan dibuat dalam bentuk gambar atau diagram. Teknik ini biasa disebut dengan peta pikiran atau mind map. Pada dasarnya peta pikiran adalah sebuah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (Quantum Learning). Sesuai dengan namanya, ‘peta’, pada dasarnya teknik ini meniru peta geografi yang sudah akrab bagi seorang pelajar. Untuk memahami teknik ini, lihatlah sebuah peta dan perhatikan gambarnya. Untuk peta propinsi, selalu digambarkan ibukota propinsi dengan tanda, biasanya lingkaran, yang jelas kemudian dari ibukota tersebut digambarkan jalan-jalan ke seluruh kabupaten dan kota yang ada di propinsi tersebut. Demikian juga dengan peta kabupaten, dari ibukota kabupaten, akan muncul garis-garis yang merupakan jalan menuju kecamatan-kecamatan yang ada di wilayahnya. Demikian pula peta pikiran, setiap poin kunci ditulis kemudian dihubungkan dengan topic utama dengan garis. Dengan gambaran tentang peta geografis tadi, kita bisa memetakan informasi-informasi penting dari buku, makalah, kuliah atau yang lainnya hanya dalam satu halaman kertas. Inilah salah satu kelebihan peta pikiran. Peta pikiran tidak hanya terdiri dari satu atau dua bentuk, pembelajar bisa membuat bentuk-bentuk sesuai kreativitas mereka. Berikut ini bentuk pola yang dapat digunakan. Bentuk-bentuk peta pikiran atau mind map ini tidak ada batasnya, sesuai dengan keinginan dan kreasi pembuatnya. Peta pikiran ini dapat juga dibuat tanpa membuat lingkaran untuk setiap kata kunci.
GAYA BELAJAR Posted by Matsutono,S.Pd
1. Apa itu Gaya Belajar? Gaya belajar atau learning style sering diartikan sebagai karakteristik dan preferensi atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi tersebut. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika anda sudah bisa mengenal gaya belajar Anda yakni bagaimana Anda menyerap dan mengolah informasi, maka Anda akan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah sesuai dengan gaya belajar Anda sendiri. 2. Mengapa Perlu Mengenali Gaya Belajar Anda Sendiri? Pengenalan gaya belajar ini akan melahirkan orang-orang yang lebih efektif untuk belajar dengan cara berkelompok, bekajar secara sendiri-sendiri di kamar, belajar dengan cara berdiskusi, dan lain sebagainya. Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama, gaya belajar visual; yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra mata sebagai alat untuk menyerap informasi. Kedua, Gaya belajar auditorial; yaitu gaya belajar yang banyak menggunakan telinga sebagai alat untuk menyerap informasi yang masuk. Ketiga adalah gaya belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang lebih menekankan praktik langsung atas apa yang sedang dipelajari. Sebagai ilustrasi : a. Orang-orang visual banyak mengikuti ilustrasi atau membaca instruksi sendiri. b. Orang-orang auditorial lebih senang informasi itu dia dengarkan dari orang lain c. Sementara orang-orang kinestetik lebih senang kalau dibiarkan mengerjakan sendiri atau praktik langsung. 3. Bagaimana Cara Mengetahui Gaya Belajar? Untuk mengetahui sebagian dari ciri-ciri gaya belajar Anda, cobalah menyelesaikan lembar kerja yang tersedia di bawah ini.. Tipe Manakah Saya ? Berikan tanda cek (√) pada angka 3 jika pernyataan sesuai dengan kebiasaan Anda, angka 2 jika ragu/tidak tahu, dan angka 1 jika tidak sesuai dengan kebiasaan Anda No Pernyataan 1 2 3 1 Teliti terhadap yang detail 2 Mengingat dengan mudah apa yang dilihat 3 Mempunyai masalah dengan instruksi lisan 4 Tidak mudah terganggu dengan suara gaduh 5 Pembaca cepat dan tekun 6 Lebih suka membaca daripada dibacakan 7 Lebih suka metode demonstrasi daripada ceramah 8 Bila menyampaikan gagasan sulit memilih kata 9 Rapi dan teratur 10 Penampilan sangat penting Jumlah Total No Pernyataan 1 2 3 1 Bicara pada diri sendiri pada saat bekerja 2 Konsentrasi mudah terganggu oleh suara ribut 3 Senang bersuara keras ketika membaca 4 Sulit menulis, tapi mudah bercerita 5 Pembicara yang fasih 6 Sulit belajar dalam suasana bising 7 Lebih suka music daripada lukisan 8 Bicara dalam irama yang terpola 9 Lebih suka gurauan lisan daripada membaca buku humor 10 Mudah menirukan nada, irama, dan warna suara Jumlah Total No Pernyataan 1 2 3 1 Berbicara dengan perlahan 2 Menanggapi perhatian fisik 3 Menyentuh orang untuk mendapat perhatian 4 Banyak bergerak dan selalu berorientasi pada fisik 5 Menggunakan jari sebagai penunjuk dalam membaca 6 Banyak menggunakan isyarat tubuh 7 Tidak bisa diam dalam waktu lama 8 Menyukai permainan yang menyibukkan 9 Selalu ingin melakukan sesuatu 10 Tidak mudah mengingat letak geografi Jumlah Total Gaya belajar auditori : Gaya belajar yang banyak menggunakan telinga sebagai alat untuk menyerap informasi yang masuk Gaya belajar visual : Gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra mata senagai alat untuk menyerap informasi Gaya belajar kinestetik : Gaya belajar yang lebih menekankan praktik langsung atas apa yang sedang dipelajari Contoh: Jika skor anda: Skor Auditori = 25 Skor visual = 12 Skor kinestetik = 10 Maka anda termasuk orang yang cenderung memiliki gaya belajar auditori, yang lebih senang mendapatkan informasi melalui ceramah-ceramah perkuliahan dari dosen, meskipun Anda harus didukung oleh kemampuan visual (skor 12) yang diperkaya dengan media gambar slide, potret, sketsa, dan diagram. Gaya belajar auditori Anda itu masih diperkaya dengan gaya belajar kinestetik (skor 10) yang lebih senanga mengerjakan praktik langsung.

CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERPRESTASI

CARA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERPRESTASI Posted by Matsutono,S.Pd
1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sendiri. Motivasi merupakan kondisi internal individu yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Peran motivasi adalah sebagai pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman 1986, Reber 1988 dalam Muhibinsyah, 2000). 2. Filosofi Motivasi a. Pada hakekatnya motivasi diyakini sebagai hasil penguatan (reinforcement), Contoh : Perolehan nilai bagus atau pujian guru akan menambah motivasi belajar b. Dorongan seseorang untuk menunjukkan bahwa dirinya positif (seorang yang baik) adalah motivasi untuk mendapatkan standar kepuasan diri (cognitive dissonance) c. Teori atribusi menemukan dua fenomena motivasi : 1. Siswa yang meyakini bahwa sukses atau gagal itu disebabkan oleh faktor kemampuan dan usaha dalam diri (internal) 2. Siswa yang percaya bahwa berhasil atau gagal itu disebabkan oleh faktor luar diri (external). Keyakinan inilah yang perlu diluruskan d. Teori Self – Worth Seorang individu itu belajar dari persepsi masyarakat bahwa seseorang itu dinilai/dihargai karena prestasinya. Kegagalan akan membuat perasaan diri yang tidak berharga e. Teori Ekspektasi Motivasi seseorang tergantung pada besarnya kemungkinan berhasil dan bagaimana makna suatu keberhasilan itu bagi dirinya, contohnya : a. Saya yakin dapat memperoleh nilai tinggi kalau saya mau mencoba, dan bagi saya nilai itu adalah sesuatu yang penting. b. Ada keyakinan bahwa saya bisa tergolong sebagai orang-orang yang berprestasi itu penting. f. Teori Humanistik Dorongan jiwa tergerak karena ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan yang menggerakkan orang bertingkah laku adalah : a. Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal, air dan udara), kebutuhan ini paling dasar sifatnya. b. Kebutuhan rasa aman, bebas suasana ancaman dan bahaya (safety). c. Kebutuhan untuk diterima dan dikasihsayangi atau dicintai (belonging). d. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan & persetujuan (self existence). e. Kebutuhan ingin tahu, mengerti, dan menyelidiki (intellectual achievement). f. Kebutuhan mendapatkan keindahan dan kondisi teratur (aesthetica apprecazation). g. Kebutuhan aktualisasi diri menjadi apapun yang diinginkan (self actuallization). g. Maslow dalam teori kebutuhannya menggambarkan motivasi dalam bentuk Piramid sebagai berikut : Implikasinya dalam belajar : Optimalisasi belajar perlu mengupayakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti suasana yang sehat, fisik yang segar, penuh kasih sayang, bebas ancaman /bahaya, ada pengakuan dan penghargaan atas prestasi siswa, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk beraktualisasi diri. 3. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Secara umum motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : a. Motivasi Instrinsik, yaitu dorongan yang bersumber dari dalam diri seseorang Contoh : dorongan ingin minum, dorongan ingin bisa dan lain-lainnya b. Motivasi Ekstrinsik, adalah dorongan untuk berbuat sesuatu yang berasal dari luar diri Contoh : seseorang bertingkah laku karena adanya penghargaan, pengakuan, pujian, hadiah dan sebagainya Dalam praktik kedua motivasi tersebut harus dikombinasikan. Namun yang paling efektif adalah motivasi instrinsik yang tumbuh dari dalam diri 4. Motivasi Berprestasi Diakui bahwa bangsa Jepang dalam seabad terakhir begitu pesat dan unggul dalam produktifitas dan prestasi tekhnologinya. Bangsa ini telah mengalahkan Eropa dan Amerika. Kini Korea mulai membuntuti Jepang. Apa rahasianya ? Bagaimana sumber daya manusianya ? Sehari-hari kita sering menemui orang yang begitu rajin, tekun bekerja, dan sangat berprestasi tinggi. Mereka sangat produktif dan kreatif. Sebaliknya banyak orang yang santai-santai, bekerja ala kadarnya, malas-malas. Mereka acuh tak acuh dengan kesuksesan. Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berjuang, bekerja habis-habisan untuk mencapai sukses. Adalah suatu motivasi untuk berkinerja / berprestsi lebih baik, lebih efesien, lebih cepat, lebih berkualitas dari hari ke hari. Orang yang motivasinya tinggi bukan berarti tidak pernah gagal. Tetapi bila gagal ia akan bangkit, bahkan berusaha lebih keras lagi. Sampai akhirnya sukses (Weiner, 1980 dalam Sri Esti Wuryani, 2002). 5. Pastikan Motivasi Berprestasi Anda Tinggi Tanda-tanda orang yang memiliki dorongan kesuksesan tinggi : a. Lebih suka dan puas terhadap prestasi hasil usaha sendiri b. Sukses itu bukan karena nasib mujur, tetapi hasil perjuangan c. Kegagalan bukan berarti sial, tetapi karena volume usahanya masih kurang d. Mereka kreatif, lebih gigih, energik, lebih suka bertindak daripada berdiam diri, produktif, dan penuh inisiatif e. Suka tantangan dan memilih tugas yang resikonya realistik sesuai kemampuan nyata yang dimiliki, yakni peluang berhasil dengan resiko gagalnya seimbang. Orang yang rendah motivasi berprestasinya akan memilih pekerjaan yang lunak, kecil resikonya tidak perlu banyak usaha. Atau sebaliknya memilih resiko super tinggi tanpa perhitungan. Jika gagal mencari-cari alasan f. Selalu mengevaluasi dan mencari umpan balik untuk lebih giat lagi 6. Menumbuhkan Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi tidak dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses yang dipelajari, dilatih, ditingkatkan, dan dikembangkan. Berikut ini kiat-kiatnya : a. Tetapkan tujuan (goal setting), yakin dan optimislah bahwa kita dapat berubah, bahkan kita memang harus berubah untuk mencapai titik maksimum b. Susunlah target yang masuk akal. Saya harus meraih peningkatan dalam setiap kurun waktu, 2 atau 3 poin seminggu c. Belajar menggunakan bahasa prestasi. Gunakanlah kata-kata optimistis misalnya “masih ada peluang lagi”. Jadikan konsep ini sebagai budaya berfikir, berbicara, berdialog, dan bertindak d. Belajar sendiri cermat menganalisis diri. Masih adakah cara berfikir, perilaku, dan kebiasaan saya yang kurang menguntungkan e. Perkaya motivasi. Kekayaan motivasi membuat kita tidak kehabisan pemasok daya penggerak. Fokuskan pada motivasi instrinsik (dalam diri). Sentuhan perasaan, fikiran, dan motivasi dari orang-orang terdekat juga dapat dimanfaatkan