Sabtu, 08 Januari 2011

Orientasi Sekolah

Tujuan Pembelajaran :
1.Siswa dapat memahami pentingnya mengenali dan memahami tentang lingkungan sekolah yang baru dengan semua personilnya
2.Siswa mampu menyebutkan hal-hal yang harus dipahami tentang lingkungan sekolah yang baru dengan sekolah sebelumnya
3.Siswa dapat menguasai tentang hal-hal penyesuaian diri belajar di sekolah lanjutan atas dengan jenis program keahlian ( jurusan ) serta program diklat ( mata pelajaran ) yang diajarkan
4.Siswa dapat mematuhi Tata Tertib Sekolah yang berlaku


A.ORIENTASI SEKOLAH BARU




Setiap siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru hendaknya siswa berusaha untuk mengenal dan memahami lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut diperlukan agar siswa mempu adjustment, yaitu mampu menyesuaikan diri dengan tepat dan menempatkan dirinya dengan sebaik-baiknya pada lingkungan dimana mereka berada. Apabila proses tersebut tercapai maka pada akhirnya tujuan yang diharapkan akan mudah tercapai.

Demikian juga halnya dengan siswa-siswi pada lingkungan sekolah baru. Mereka harus memahami bagaimana kondisi lingkungan sekolah, sistem dan atau metode pembelajarannya,kurikulumnya,kegiatan ekstra kurikulernya dan sebagainya. Pemahaman pada lingkungan sekolah baru merupakan strategi yang harus dimiliki siswa dalam upayanya mencapai cita-cita yang diinginkan.

B.HAL-HAL YANG PERLU DIPAHAMI SISWA

1.Lingkungan Sekolah
Pemahaman pada lingkungan sekolah ini tidak hanya pada lingkungan sosial saja,tetapi juga pemahaman pada lingkungan non sosial. Yang termasuk lingkungan sosial adalah kepala sekolah,guru,wali kelas,staf karyawan bagian tata usaha serta siswa / teman yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut.




2. Sistem Pembelajarannya
Pembelajaran pada SMP/MTs berbeda dengan pembelajaran di SMA/SMK/MA, mulai dari jenis mata pelajarannya sampai dengan metode pembelajarnnya. Apalagi pada SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ),jenis program diklat atau mata pelajarannya sudah disesuaikan dengan jurusan atau program keahliannya, sehingga pelajarannya sebagaian besar dititik beratkan atau berfokus pada mata pelajaran praktik atau produktif. Pada SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ) mulai kelas X atau kelas 1 siswa sudah masuk sesuai dengan jurusan yang mereka pilih pada saat proses seleksi PPDB ( Penerimaan Peserta Didik Baru ). Selain hal tersebut di atas para siswa juga harus memahami Kurikulum sekolah tersebut, tata tertib yang berlaku, serta kegiatan-kegiatan ekstra kurikulernya sehingga mampu mempernudah mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Kurikulum SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan )
Kurikulm suatu sekolah adalah merupakan “jantungnya” sekolah atau inti dari pendidikan di SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ). Ada 3 (tiga) kelompok pada Program Diklat atau mata pelajaran di SMK yaitu :
1. Kelompok Normatif, mata pelajarannya meliputi ; Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Pendididkan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, Seni Budaya.
2. Kelompok Produktif,semua mata pelajaran kejuruan yang berfokus pada kegiatan praktik sesuai dengan program keahlian atau jurusannya. Misalnya : Produktif Akuntansi, Produktif Perhotelan, Produktif Adm.Perkantoran, Produktif Otomotif, Mesin, Listrik, Produktif Multi Media dan sejenisnya.
3. Kelompok Adaptif,yaitu kelompok mata pelajaran yang diharapkan mampu membentuk daya nalar yang bagus pada diri siswa,sehingga siswa mampu memiliki pola pikir yang konstruktif. Misalnya : Matematika, Bhs.Inggris,IPA, Fisika.

Pada setiap mata pelajaran memiliki KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yang berbeda-beda antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya,karena disesuaikan dengan kesepakatan musyawarah kelompok guru mata pelajaran tersebut. KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) ini adalah suatu batas perolehan nilai hasil belajar minimal yang harus dapat dicapai oleh siswa. Dengan diinformasikannya masalah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) ini kepada siswa dan juga orangtua, maka siswa mempunyai “target” perolehan nilai setiap pelajaran yang akan diikuti dan selajutnya siswa menerapkan “strategi” belajar yang baik untuk mencapai tujuan tersebut.



C. C. TATA TERTIB

dTata Tertib adalah seperangkat peraturan yang berisikan hak dan kewajiban yang mengatur anggota atau warga masyarakat sehingga terciptanya suatu kondisi lingkungan yang tertib,teratur,rajin yang pada akhirnya tercipta suatu kondisi lingkungan yang kondusif. Oleh karena itu apabila kondisi lingkungan suatu sekolah kondusif,maka dapat dipastikan bahwa lingkungan sekolah tersebut aman,nyaman,damai,tertib, lancar, sehingga semua warga sekolah menjadi tentram,damai dan menyenangkan.

TTata tertib sekolah merupakan suatu yang paling penting dan merupakan salah satu aturan tertulis yang wajib dibuat di suatu lembaga sekolah. Sekolah mempunyai hak mutlak untuk membuat aturan tata tertib secara tertulis,dilakukan proses sosialisasi baik kepada siswa maupun kepada orangtua siswa/wali siswa, kemudian ditetapkan pelaksanaan beserta sanksi-sanksinya. Apabila siswa melanggar tata tertib maka penerapan sanksi berlaku mengikat kepada semua siswa tanpa terkecuali. Sehingga benar-benar diharapkan mampu mencapai tujuan sekolah yang benar-benar kondusif.

Rabu, 05 Januari 2011

Uniknya Motivasi Belajar Individu


Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan.
Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.
Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?

Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
•Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
•Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
•Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
•Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
•Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Stimulus motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
•Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
•Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Tips-tips meningkatkan motivasi belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.

Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:
•Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.

Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.

•Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.

•Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.

Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.

Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahkan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

"Resep sukses: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap." --William A. Ward

• From: AnneAhira

Komunikasi Efektif


Mengapa komunikasi sering tidak nyambung? Kadang jadi serbasalah. Setiap kata sudah dipikirkan sedemikian rupa, namun tetap saja komunikasi tidak berjalan dengan semestinya. Ada saja yang membuat komunikasi tersendat.

Komunikasi itu seni. Komunikasi itu seni yang nyeni. Dibutuhkan rasa dan karsa tingkat tinggi untuk menjadi seorang komunikator yang handal dan beretika.
Keilmuan yang luas, kecerdasan yang luar biasa, belumlah menjamin bahwa seseorang bisa menjadi seorang komunikator yang ulung. Ada banyak hal yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Salah bicara sedikit, bila yang kita ajak berbicara sedang dalam kondisi sensitif, bisa langsung berbuah masalah. Padahal, jika dengan orang lain, apa yang kita bicarakan biasa-biasa saja. Tapi tidak dengan si sensitif tadi.
Dalam berkomunikasi dibutuhkan lebih dari sekadar asal bicara, apalagi asal bunyi. Ada etika yang harus ditaati, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Namun demikian, pada dasarnya etika itu dapat berdasarkan 5W+1H.

1. Who (siapa)
Dengan mengetahui siapa yang kita ajak berkomunikasi, kita bisa langsung menyesuaikan diri. Nada suara, gerak tubuh, pandangan mata, hendaknya seirama dengan siapa kita berbicara. Misalnya, bila berbicara dengan anak-anak, nada suara agak direndahkan, gerak tubuh agak mengikuti anak-anak yang kita ajak bicara, pandangan mata menjadi lebih lembut.

2. What (Apa)
Setelah tahu siapa yang menjadi teman kita berkomunikasi, kita bisa menyesuaikan apa yang hendak kita bicarakan. Rasanya tidak akan nyambung berbicara tentang reksadana syariah kepada orang yang tidak tahu bahkan tentang bank sekalipun. Hanya buang-buang waktu dan membuat kita semakin keki.

3. Where (Di Mana)
Membicarakan tentang politik di tempat pesta ulang tahun teman? Hindari saja. Jangan menjadi perusak suasana. Bergurau secara berlebihan ketika sedang menikmati santap malam di sebuah restoran hotel yang cukup mewah saja Anda akan menjadi pusat perhatian bahkan akan dicap menjadi seorang perusuh. Bisa jadi semua mata akan memandang Anda. Lain ladang, ladang belalang. Lain kolam, lain ikannya. Apa yang biasanya kita anggap biasa, mungkin menjadi sangat luar biasa di tempat lain. Begitupun sebaliknya. Yang kita anggap bermasalah, ternyata malah menjadi adat di tempat lain. Buka mata, muka hati, buka telinga, lebarkan kulit, tajamkan penciuman, pekakan rasa, menjadi kunci bagaimana membawa diri di tempat yang berbeda.

4. When (Kapan)
Waktu sangatlah penting untuk diperhitungkan dalam menjaga etika komunikasi. Tidak mudah untuk menjadi pandai mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membicarakan sesuatu. Mengetahui tentang kebiasaan seseorang yang kita ajak berkomunikasi sangatlah penting agar apa yang kita bicarakan menjadi efektif dan efisien. Misalnya, kapan waktu yang tepat untuk melamar seorang gadis. Tentunya harus dipilih waktu luang dengan suasana yang santai. Temuilah orang tua gadis tersebut sehabis maghrib atau isya, sekitar pukul 7 atau pukul 8 malam.

5. Why (Mengapa)
Mengapa, suatu pertanyaan yang bisa menjadi tujuan dari arah pembicaraan. Tujuan ini disesuaikan dengan siapa, apa, di mana, dan kapan kita mengutarakan maksud dan tujuan kita. Menentukan arah pembicaraan itu penting. Selain agar bisa lebih fokus, tujuan akan membuat kita memilih kata-kata yang tepat untuk mendapatkan sasaran.

6. How (Bagaimana)
Tujuan baik, tapi cara penyampaian tidak baik, hancurlah sudah. Komunikasi kita bisa dianggap tidak beretika. Cara membawa rupa, rupa bisa membawa berkah atau petaka. Cara ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan matang. Salah-salah semua yang sudah kita rencanakan menjadi berantakan hanya gara-gara sedikit salah melangkah.

From: AnnerAhira

Kesulitan Belajar

Tujuan Pembelajaran :
1.Mengenal gejala kesulitan belajar untuk mengantisipasi kesulitan belajar yang mungkin terjadi
2.Mengenal faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar sehingga dapat diantisipasi untuk mengatasinya.
3.Melaksanakan langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar bila benar-benar mengalami kesulitan belajar
4.Mengenal indikator pemecahan masalah dalam mengatasi kesulitan belajar sehingga permasalahan belajar sungguh-sungguh dapat diatasi

A. GEJALA KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar atau “learning disabilities”,merupakan hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Dengan kata lain individu yang memiliki kemampuan intelektual yang memadai tetapi hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai atau lebih rendah dari kemampuan yang dimiliki individu tersebut.
Gangguan tersebut mungkin bisa disebabkan berhubungan dengan syaraf. Dan gangguan ini bisa semakin parah apabila indera dan lingkungan individu sangat mendukung. Oleh karena itu perlu segera ada penanganan secara sistematis sehingga tidak menimbulkan gangguan perkembangan fungsi lain,seperti gangguan perkembangan bicara,membaca,menulis,pemahaman berhitung,serta pshikis individu.
Gejala-gejala umum yang tampak,apabila individu diindikasi mengalami Kesulitan Belajar ini antara lain :
1.Kinerja Akademik Menurun
Adanya hambatan-hambatan yang muncul dalam mencapai hasil belajar yang optimal sehinga berbeda dengan hasil yang diperoleh sebelumnya ( ada kecenderungan penurunan perolehan nilai hasil belajar.

2.Muncul perilaku tertentu,misalnya : dorongan untuk membolos sekolah, menghindari belajar,tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah,sering melakukan protes terhadap hal-hal yang tidak berhubungan dengan kewajiban sebagai pelajar, melanggar tata tertib sekolah, menentang.


CIRI-CIRI UMUMNYA :
1. Potensi akademik lebih rendah dari paotensi diri yang sebenarnya
2. Adanya ketidakseimbangan dalam perkembangan dirinya
3. Membutuhkan stimulasi /bantuan ekstra dalam mencapai perkembangan optimal
4. Mudah mengalami ganguan emosi
5. Adanya kerusakan pada pusat syaraf atau central of nerveus system.


B. FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar mencakup pengertian yang luas adalah tersebut di bawah ini :
1. Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respon yang bertentangan.

2. Learning Disabilities adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala
dimana anak tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya.

3. Learning Disfungtion adalah gejala yang menunjukkan dimana proses belajar
seseorang tidak berfungsi dengan baik,meskipun tidak ada tanda-tanda sub
normalitas mental,gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.

4. Underachiever adalah mengacu pada anak-anak yang memiliki potensi intelektual di
atas normal tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

5. Slow learner adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
membutuhkan waktu lebih lama dan lebih banyak dalam belajar.


Di dalam Kurikulum Sekolah kita mengenal adanya istilah KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ),yaitu batas minimal ketuntasan nilai hasil belajar yang harus diperoleh siswa yang ditentukan oleh guru pengajar mata pelajaran masing-masing. KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) antara mata pelajaran yang satu tidak harus sama dengan mata pelajaran yang lain, tergantung hasil analisis guru mata pelajaran masing-masing dalam menetapkan KKM. Disamping itu KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) antara sekolah yang satu dengan yang lain tentunya berbeda-benda untuk masing-masing mata pelajaran. Oleh karena itu akan ditemukan kelompok siswa yang tuntas dalam mengikuti mata pelajaran dan ada kelompok siswa yang belum mencapai ketuntasan. Kelompok siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM inilah yang bisa diindikasikan sebagai kelompok siswa yang mengalami Kesulitan Belajar.

Dengan melakukan analisis butir soal, guru dapat mengetahui pada sub.komtensi apa / kompetensi dasar yang mana siswa belum memahami materi pelajaran. Sehingga guru mata pelajaran bisa mengulang kembali materi pelajaran tersebut. Sedangkan bagi guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sekolah mendiagnosis letak kesulitan belajar yang dialami siswa kemudian mengambil langkah-langkah prognosis serta treathment.


C. LANGKAH-LANGKAH MENGATASI KESULITAN BELAJAR
Langkah-langkah tindakan diagnosa menurut C.Ross dan Julian Stanley adalah sebagai berikut :
1. Langkah-langkah diagnosis yang meliputi aktifitas,berupa :
a. Identifikasi Masalah
b. Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan
c. Menemulan faktor penyebab baik internal maupun eksternal
d. Langkah Prognosis yaitu suatu langkah untuk mengekstimasi ( mengukur,
memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak.
e. Langkah Terapi yaitu memberikan berbagai alternatif pilihan,kemungkinan
cara yang dapat ditempuh/dilakukan dalam penyembuhan masalah tersebut
( pertimbangan yang matang,akurat,dan meminimalisir resiko dan hasil cukup
handal untuk diterapkan/dilaksanakan ).

D. METODE BELAJAR YANG BAIK

1. Usahakan untuk membaca buku pelajaran terlebih dahulu di rumah, mengenai materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
2. Konsentrasi dalam menerima materi pelajaran di kelas
3. Catat point-point penting yang diterangkan guru di kelas
4. Mengerjakan latihan-latihan soal dengan ajeg / rutin dan kontinyu
5. Bertanya pada guru apabila kurang memahami materi pelajaran yang diterangkan.
6. Diskusikan dengan teman-teman atau dalam kelompok belajar
7.Jangan malu untuk bertanya sesuatu hal yang benar-benar belum dimengerti
8.Belajar secara teratur,serta istirahat teratur
9.Manfaatkan waktu sebaik-baiknya,jangan membuang waktu dengan percuma
10.Memohon pertolongan Alloh Swt,doa restu orangtua sehingga berhasil sebagai pelajar.

Selasa, 04 Januari 2011

Belajar Efektif dan Efisien

Tujuan Pembelajaran :
1.Siswa dapat memahami hakekat belajar
2.Siswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar
3.Siswa dapat mengetahui macam-macam gaya belajar
4.Siswa dapat melakukan belajar secara eketif dan efisien



A.PENGERTIAN BELAJAR

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak dapat menjadi dapat dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dikatakan sebagai suatu proses karena perubahan tingkah laku yang terjadi melalui suatu tahapan-tahapan yang pada akhirnya menjadi suatu hasil belajar. Misalnya: Seorang anak yang ingin dapat berjalan, maka ia mulai dilatih oleh orangtua, merangkak, berdiri,dituntun untuk mulai melangkah yang pada akhirnya si anak bisa mulai berdiri dan mulai sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya dan kemudian ia mulai dapat berjalan dengan sempurna.
Demikian juga bila seorang siswa ingin mengetahui,dapat serta memahami sesuatu dengan baik maka ia harus melalui proses yang disebut proses belajar. Proses belajar akan menghasilkan perubahan yang bersifat “Intensional (disengaja)”,positif,aktif,efisien,efektif dan fungsional.

B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR
Belajar itu merupakan aktivitas fisik dan mental yang tidak berdiri sendiri,tetapi keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam diri sendiri (faktor Internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal).


Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa ( Internal ) adalah sebagai berikut:
1.Fisik / Jasmaniah, artinya apabila secara umum kondisi seseorang apabila dikatakan sehat,maka akan mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya. Misalnya : siswa kondisi sakit : secara tiba-tiba terjadi sakit kepala,sakit perut, siswa sedang menjalani perawatan operasi, amandel,jantung,paru-paru,kecelakaan lalu lintas sejenisnya

2.Psikhis / Kejiwaan, artinya apabila kondisi kejiwaan seseorang dalam belajar kurang stabil,maka akan mempengaruhi aktivitas belajar dan hasil belajarnya. Misalnya : Siswa diliputi rasa ketakutan, kecemasan, adanya konflik-konflik batin, diliputi rasa kekecewaan,serta gangguan psikhis lainnya.

3. Adanya Kemauan ( Niat ) yang muncul dari daalam diri individu. Dan kemauan atau niat tersebut benar-benar tulus. Maka akan mempengaruhi aktivitas belajar dan hasil belajarnya..Misalnya : Siswa niat belajar dengan sungguh-sungguh karena belajar/ sekolah itu merupakan suatu kebutuhan diri sendiri apabila ingin mencapai masa depan yang gemilang. Siswa juga berniat bahwa : “saya harus menjadi orang yang sukses dan berhasil dalam sekolah dan karir saya”. “Saya tidak boleh bermalas malasan dalam hidup ini, saya harus bekerja keras”.

4.Kecerdasan ( IQ)

Faktor kecerdasan ( IQ) ini juga sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar seseorang. Seseorang yang dikategorikan mempunyai IQ Normal
( 100-110 menurut hasil psykhotes),maka ia disimpulkan akan mampu mengikuti belajar di sekolah-sekolah umum dengan lancar, selama ia tidak mengalami gangguan-gangguan lainnya. Demikian juga apabila seseorang mempunyai kecerdasan dibawah normal, tentunya akan mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar disekolah jika dibanding dengan seseorang yang berkecerdasan normal.

5.Minat
Minat juga menentukan aktivitas dan hasil belajar seseorang. Minat adalah tertarik yang kuat terhadap obyek tertentu. Apabila seseorang dalam belajarnya sudah tidak mempunyai rasa ketertarikan yang kuat terhadap obyek yang dipelajari tentunya aktivitas dan hasil belajar yang dicapai juga tidak optimal. Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu perlu seseorang terus menerus untuk belajar mencintai,menyenangi suatu obyek belajar sehingga pada akhirnya mampu dengan seutuhnya tertarik yang kuat dan mencintai dengan setulus-tulusnya obyek belajar tersebut, yang pada akhirnya motivasi belajar semakin meningkat untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya.

6.Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk mencapai suatu hasil tertentu / suatu perbuatan. Motivasi bisa dikelompokkan menjadi dua,yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi Internal adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang. Misalnya ; Belajar adalah suatu kebutuhan untuk masa depan,dan sejenisnya.Sedangkan motivasi eksterinsik adalah dorongan yang dilakukan oleh seseorang karena adanya faktor dari luar. Misalnya : Hadiah/Reward. Siswa akan dapat hadiah apabila nilai hasil belajarnya di atas 80. Kedua motivasi tersebut sudah dilaksanakan baik oleh orangtua,guru atau suatu lembaga. Alangkah baiknya seseorang memiliki motivasi internal yang kuat, sehingga aktivitas dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.

7.Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana penunjang keberhasilan belajar juga mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar seseorang. Sarana dan prasarana ini juga bisa dari siswa dan dari lembaga pendidikan. Misalnya siswa di rumah mempunyai sarana dan prasarana penunjang keberhasilan belajar,sedangkan di sekolah sarana dan prasarana penunjang belajar juga lengkap, maka kemungkinan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal akan tercapai. Akan tetapi apabila salah satu atau kedua subyekn tersebut sebaliknya maka tentunya akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar seseorang. Sarana dan prasarana belajar misalnya ; buku-buku paket, buku catatan,ruang laboratorium, komputer, laptop,conect internet ( hotspot ),dan sejenisnya

8.Lingkungan Sekitar
Lingkungan dimana individu tinggal dan lingkungan bermain individu akan sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar. Apabila lingkungan sekitar sangat mendukung kemajuan individu,maka keberhasilan belajar dapat tercapai. Demikian juga sebaliknya,.termasuk didalamnya adalah lingkungan bermain dan kelompok individu. Oleh sebab itu seseorang harus bijak dalam menyikapi dirinya untuk hidup bermasyarakat, artinya mampu memilih mana yang bermanfaat dan mana yang menghancurkan masa depan

C.MACAM-MACAM GAYA BELAJAR
Belajar dapat efektif dan efisien apabila hasil yang diperoleh seimbang dengan upaya yang dilakukan. Dikatakan efektif apabila dilakukan dengan membawa manfaat yang sebesar-besarnya, dan dikatakan efisien apabila waktu,tenaga,biaya yang diperlukan sedikit sekali.
Oleh karena itu perlu merumuskan strategi belajar agar hasil belajar yang kita dapatkan dapat maksimal. Salah satunya adalah memahami macam-macam gaya belajar. Dengan memahami macam gaya belajar memungkinkan belajar dapat efektif dan efisien.

1.Gaya belajar Visual
Gaya belajar visual menekankan pada indera pengalihatan yaitu mata. Seseorang yang menyenangi gaya visual ini mereka cenderung tertarik pada pelajaran yang menggunakan metode visual. Misalnya : Adanya Slide, Film,video serta LCD Monitor. Dengan adanya gambar-gambar visual tersebut maka ketangguhan otak untuk menyimpan memori semakin tangguh.
Adapun strategi untuk memperkuat belajar visual adalah sebagai berikut :
Pilih materi-materi pelajaran yang bernuansa visual
Gunakan warna-warna untuk menandai hal-hal yang penting
Bacalah buku-buku literatur yang berilustrasi
Gunakan multi media, misalnya; komputer,laptop,video

2.Gaya belajar Auditorial
Gaya belajar jenis ini adalah menekankan pada alat indera kita yaitu telinga sebagai alat pendengaran. Mereka akan lebih berhasil dalam belajarnya apabila materi pelajaran itu didengar berulang-ulang melalui media audio.
Adapun strategi yang dilakukan agar mempermudah belajar auditorial adalah sebagai berikut :
Berpartisipasi dalam kegiatan diskusi,baik di dalam kelas maupun di luar
Merekam resume materi pelajaran pada media audio
Mendiskusikan setiap ide secara verbal

3.Gaya belajar Kinestetis
Gaya belajar jenis ini menekankan pada kemampuan psikomotorik yaitu adanya gerakan,sentuhan,ketrampilan dari anggota badan dalam melakukan suatu kegiatan belajar. Sehingga metode praktik langsung dari materi yang diterangkan akan semakin mempertangguh memori dalam otak.
Adapun strategi untuk mempermudah belajar Kinestetis adalah sebagai berikut :

Perlu melakukan praktik dengan pengawasan instruktur/pelatih
Melakukan praktik sendiri tanpa pengawasan instruktur / pelatih agar
dapat lebih berani mengeksplorasi diri
Menyiapkan sarana dan prasarana praktik yang disesuaikan dengan
Situasi dan kondisi.

D.Strategi belajar efektif dan efisien :
1.Siapkan buku-buku materi pelajaran yang akan dipelajari dan kumpulkan dengan rapi di atas meja belajar
2.Mulailah pelajari buku paket atau buku catatan untuk jam pertama dan seterusnya
3.Jangan terlalu lama membaca buku pelajaran, uapayakan kira-kira 20 menit
4.Pahami setiap alenia materi yang dipelajari
5.Catat hal-hal yang penting dalam buku anda,jika belum dimengerti maka tanyakan pada guru atau teman yang mengerti
6.Untuk pelajaran non eksakta ( yang tidak menggunakan rumus-rumus),coba lah sambil berbicara sendiri layaknya seorang guru ketika berdiri di depan kelas. Hal itu untuk menguji berapa prosen anda menguasai materi yang baru dipelajari. Coba terus berulang-ulang. Anda akan melihat hasilnya
7.Untuk pelajaran eksakta ( menggunakan rumus-rumus ),upayakan anda tulis rumus-rumus tersebut pada folio,karton manila dsb. Tempelkan/gantungkan pada tempat belajarmu atau di kamarmu agar sering terlihat dan mudah untuk mengingatnya
8.Kerjakan latihan-latihan soal sebanyak-banyaknya dan catat temuan-temuan soal yang belum dimengerti untuk ditanyakan kepada teman atau guru yang mengerti
9.Seringlah mendiskusikan / menanyakan soal-soal atau materi pelajarnmu baik dengan teman maupun bapak/ibu guru
10.Upayakan kelompok belajar kecil yang solid

Motivasi Belajar Berprestasi

Tujuan Pembelajaran :
1.Siswa dapat memahami pengertian motivasi berprestasi dalam belajar
2.Siswa dapat memahami filosofi motivasi
3.Siswa dapat mengenali ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi
Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsunganya. Bagi lembaga pendidikan, setelah menentukan program-progam dan kurikulum pendidikan, haruslah mempunyai prinsip dalam menentukan arah tekhnis pelaksanaan cita-cita dari progam dan kurikulum yang telah dicanangkan. Salah satu penunjang utamanya adalah, adanya motivasi belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan terkonstruk dengan baik
Sebelum membahas tentang pengertian dan pembahasan motivasi belajar, kiranya kita perlu membahas terlebih dahulu tentang peninjauan sudut pandang motivasi itu sendiri. Ada dua macam tinjauan tentang motivasi. pertama motivasi dipandang sebagai suatu proses ilmu pengetahuan, dengan ini seorang guru bisa melakukan prediksi terhadap tingkah laku peserta didik, serta dapat diaplikasikan terhadap orang lain. Kedua, sebagai penentu karakteristik seseorang yang bisa menjelaskan karakteristik lainnya

A. Pengertian Dan Urgensimya
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil sebuah contoh ; seorang petani yang mencangkul di sawahnya dari pagi sampai petang tanpa henti. Jika kita perhatikan si petani itu, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, Mengapa si petani melakukan atau bekerja seperti itu? Atau dengan kata lain, Apakah yang mendorong si petani berbuat seperti itu? Atau Apakah motif si petani itu?
Dari ilustrasi di atas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau Motif adalah suatu pernyataaan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan, dan perangsang (incentive). Tujuan adalah yang menentukan dan membatasi tingkah laku organisme itu.
Sedangkan urgensi daripada motivasi berprestasi adalah sebagai pendorong, pengerak, dan sebagai suatu pengarah terhadap tujuan. Dengan adanya motivasi, segala bentuk kesimpangsiuran dalam menjalankan suatu aktifitas akan bisa terminimalisir. Negara Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat dan unggul dalam teknologi dan mampu mengalahkan bangsa Eropa..Padahal sejarah membuktikan begitu dasyatnya bom atom yang meluluh lantakkan Nagasaki dan Hirosima,tetapi bangsa Jepang mampu bangkit dan membuktikan bahwa dorongan untuk maju dan berprestasi masih tetap tertanam dalam jiwa mereka. Mereka sangat produktif dan kreatif,tidak bermalas-malasan,selalu kerja keras.
Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk selalu berjuang,bekerja keras untuk mencapai kesuksesan dengan bekerja lebih efisien,lebih cepat,lebih berkualitas dari hari kehari

B. Jenis Dan Sifat Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motif-motif tersebut menjadi tiga jenis :
1. Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)
Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya.
2. Motif-motif darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
3. Motif-motif obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.

Selain pengklasifikasian di atas, Burton menggolongkan/membagi motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

1. Motivasi Intrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.
Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang .

2. Motivasi Ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang.

C. Prinsip Motivasi Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang mantab serta diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang. Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.
Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Yang perlu di pahami dalam Prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Memuji lebih baik daripada mencela. Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain.
2. Memenuhi kebutuhan psikologi
3. Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik
4. Keserasian antara motivasi
5. Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran
6. Menumbuhkan perilaku yang lebih baik
7. Mampu mempengaruhi lingkungan
8. Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata


Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
2. Guru
Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam mengiatkan adalah :
a. Mengemukakan pertanyaan
b. Memberi ganjaran
c. Memberi hadiah
d. Memberi hukuman/sanksi
Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.
3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan
Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain
Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tingi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi proses pembelajaran anak. Hal paling mendasar yang digunakan sebagai motivasi dasar dalam islam adalah, pentingnya menanamkan unsur-unsur ideologi dalam proses pembelajaran, sehingga dalam proses perjalanan pembelajaran siswa tidak mengalami kegoncangan jiwa yang bisa menghambat hasil dari pendidikan itu sendiri.

D. problematika motivasi siswa dalam belajar
Pelajar adalah generasi muda yang mampu mempengaruhi orang lain, dengan beberapa persyaratan, antara lain, memiliki intelektualitas yang tingi, mampu melakukan hubungan sosial yang baik, kematangan emosional, fisik yang baik, imajiner dan mau berkerja keras. Akan tetapi dalam kenyataan di masyarakat banyak kita temukan mereka yang tidak memiliki kriteria di atas. Ada beberapa persyaratan yang harus dimaksimalkan dalam memecahkan problematika tersebut, karena dalam kenyataanya manusia selalu mengharapkan adanya nasehat dan petunjuk

E. Menumbuhkan Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi bukan bawaan sejak lahir,tetapi merupakan suatu proses yang dipelajari,dilatih,ditingkatkan dan dikembangkan terus menerus. Oleh karena itu untuk menumbuhkan Motivasi Berprestasi lakukanlah kiat-kiat berikut dengan sebaik-baiknya :
1.Tetapkan Tujuan ( Goal setting ),yakinlah bahwa Anda dapat berubah sampai ke paling puncak.
2.Susunlah target yang masuk akal,dengan waktu dan hasil pencapaian yang jelas
3.Biasakanlah menggunakan bahasa-bahasa atau kata-kata optimis untuk mendorong diri Anda tetap bersemangat berusaha optimal. Misalnya : “ Masih ada peluang lagi untuk mencapainya”. “Saya bisa”. “Saya harus berhasil”. Jadikanlah konsep ini sebagai budaya berfikir,berbicara,berdialog dan bertindak.
4.Cermat mengevaluasi diri dan menganalisis diri
5.Selalu berfikir positf ( positive thinking )
6.Tetap memohon lindungan dan rahmad kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan selalu beribadah kepadaNya

Peranan IQ.ES.AQ dan SQ Dalam Belajar

Tujuan pembelajaran :
1.Siswa dapat memahami pengertian dari IQ, EQ, AQ dan SQ
2.Siswa dapat memahami peranan IQ, EQ, AQ dan SQ
3.Siswa dapat menyusun rencana pengembangan IQ, EQ, AQ dan SQ


1.IQ ( Intelllegence Quotient )
Kecerdasan Intelektual adalah diartikan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif
( Marthen Pali,1993 ).
Konsep intelegensi yang pertama kali dirintis oleh Alfred Bined Simon tahun 1964, mempercayai bahwa kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satuan angka yaitu Intellegence Quotient ( IQ ).
Berdasarkan penelitian terbaru telah terungkap adanya “multiple intellegence” atau kecerdasan majemuk,(Gardner,1994 ), menemukan dalam setiap anak tersimpan 8 kecerdasan yang siap berkembang,yaitu:
1. Kecerdasan Linguistik ( Word Smart = cerdas berbahasa )
2. Kecerdasan Matematik-Logis ( Number Smart = cerdas angka )
3. Kecerdasan Spasial ( cerdas gambar )
4. Kecerdasan Kinestik-Jamani ( body Smart = cerdas tubuh )
5. Kecerdasan Musikal ( cerdas musik-nada suara )
6. Kecerdasan Interpersonal ( self smart = cerdas diri)
7. Kecerdasan Intrapersonal ( people smart = cerdas bergaul )
8. Kecerdasan Naturalis ( cerdas alam ).
Dalam penelitian paradigma baru ini tentang pandangan intelegensi disimpulkan bahwa sebenarnya TIDAK ADA SISWA YANG BODOH ! Karena setiap anak mempunyai kecerdasan yang menonjol satu atau lebih dari 8 kecerdasan yang ada tersebut dan siap untuk berkembang dan berprestasi. Oleh karena itu peran semua pihak baik orangtua, masyarakat,dan pemerintah melalui lembaga-lembaga baik formal maupun non formal serta lembaga-lembaga swasta yang peduli untuk mengembangkan kecerdasan tersebut.


2.EQ ( Emotional Quotient )
Penelitian mutakhir menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual ( IQ ), belumlah cukup untuk mengembangkan diri seseorang secara utuh. Kecerdasan Intelegensi ( IQ ) hanya menyumbangkan 20 % dari keberhasilan seseorang. Dan yang lebih besar perannya dalam keberhasilan seseorang adalah pada Emotional Quotient ( EQ ).
Apakah kecerdasan Emosional itu ? Kecerdasan Emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri. Atau kemampuan mengelola emosi diri sendiri dengan baik dan dalam berhubungan dengan orang lain. Jelaslah selama ini banyak kita temukan orang pandai dalam hal kecerdasan intelektual,tetapi keropos dalam hal kecerdasan emosinya. Misalnya muncul perilaku : korupsi,arogan, anarkhis,egois dan sejenisnya.
Oleh karena itu mengelola emosi denga cerdas perlu dilakukan setiap orang agar sukses dalam masyarakat, karir serta cita-cita.
Daniel Gildman, mengembangkan Kecerdasan Emosi ( EQ ) menjadi 5 kategori sebagai berikut :

1.Kesadaran Diri, yaitu kesadaran emosi diri kemampuan seseorang untuk menilai pribadi sendiri dan percaya diri
2.Pengaturan Diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri,dapat dipercaya,selalu waspada, adaptif dan inovatif
3.Motivasi, Kemapuan seseorang memiliki dorongan berprestasi, komitmen,inisiatif dan selalu optimis
4.Empati,kemampuan seseorang untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain,pelayanan,membantu pengembangan orang lain serta menyikapi perbedaan serta kesadaran politis
5.Ketrampilan sosial, yaitu kemampuan seseorang terampil berkomunikasi,kepemimpinan,manajemen konflik,keakraban serta kerjasama dalam tim


3.AQ ( Adversity Quotient )
Mengapa banyak orang cerdas tetapi gagal dalam meraih prestasi, dan potensi dirinya ?
Dan sebaliknya banyak orang yang memiliki Kecerdasan Integensi ( IQ ) tidak begitu tinggi tetapi mereka berhasil dalam belajarnya.
Adversity Quotien ( AQ ) adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
Banyak orang yang memeliki Kecerdasan Intelektual ( IQ ) tinggi tetapi mereka banyak yang putus asa, loyo ,menyerah dan bahkan tidak berdaya. Mereka berhenti berusaha sebelum tenaga dan kemampuan mereka teruji maksimal. Orang semacam inilah yang dimaksud dengan orang yang rendah Adversity Quotientnya.
PAUL G STOLTZ adalah peneliti sekaligus penemu teori Adversity Quotient ( AQ ) ini membagi 3 tingkatan Adversity Quotient pada manusia sebagai berikut :

3.1.Tingkat QUITTERS = orang-orang yang berhenti
Quitters adalah orang yang paling lemag Aqnya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup, mereka berhenti dan langsung menyerah. Mereka memilih untuk tidak melanjutkan usaha mereka, mereka keluar, mundur dan menghindar dari kewajiban dan tugas-tugas hidup. Mereka tidak memanfaatkan peluang, potensi dan kesempatan hidup. Misalnya : Seseorang yang pekerjaannya hanya mengeluh ketika ditimpa kondisi buruk ( kemiskinan,penderitaan, kebodohan dan sejenisnya ).


3.2.Tingkat CAMPERS = orang yang berkemah
Tingkat Campers adalah adalah orang-orang yang memiliki AQ tingkat sedang. Awalnya mereka giat berusaha ,berjuang menyelesaikan tantangan hidup yang ada, namun ditengah perjalanan mereka berhenti juga. Mereka telah jenuh dan bosan, merasa sudah cukup,akhirnya mereka mengakhiri usaha meraka dan mencari tempat yang aman/santai.
Misalnya : Banyak orang mengatakan bahwa sukses itu adalah yang penting sudah terpenuhi apa yang menjadi impiannya ( naik kelas,lulus, wisuda dsb ),meskipun nilainya hanya pas-pasan saja. Sudah punya harta dan jabatan sudah cukup, Sukses di dunia sudah cukup!


3.3. Tingkat CLIMBERS = orang yang mendaki
Tingkat CLIMBERS adalah orang pendaki sejati..artinya seumur hidupnya dicurahkan untuk pendakian hidup.terus berjuang dan berusaha. Mereka sadar bahwa sukses itu bukan hanya pada dimensi fisik material, tetapi mencakup seluruh dimensi, baik itu fisik,moral,sosial,spiritual,ekonomi. Mereka adalah orang yang selalu mencari hakikat hidup yang sebenarnya, hakikat manusia diciptakan oleh Allah swt sebagai makhluq yang paling sempurna dan pada akhirnya kembali kepada sang Kholiq..Mereka harus sukses dunia dan akhirat mendaki hidup abadi yang lebih panjang dan kekal.




4. SQ ( Spiritual Quotient )
Kecerdasan Spiritual ini juga sangat berperan penting dalam hidup manusia. Spirit ,semangat dan keyakinan yang kuat dapat menentukan kesuksesan seseorang. Sebaliknya apabila seseorang memiliki spiritual yang kering akan dapat merontokkan kesuksesan yang ingin dicapai. Misalnya : Sekolah adalah kebutuhan diri pribadi bukan kebutuhan keluarga dan sebagainya,dengan memiliki spiritual yang tinggi terhadap keberhasilan belajar di sekolah maka kemungkinan kesuksesan ada di depan mata.



Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengilhami,mengukuhkan semangat dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. ( Agus Hermanto,2001 ).
Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan yang digunakan untuk “berhubungan” dengan Sang Maha Pencipta.( M.Zuhri ).
Artinya dengan selalu berhubungan dengan Allah swt untuk memohon pertolongannya dengan selalu menjalankan perintah Allah swt dan menjauhi laranganMNya, dan yakin bahwa Allah swt akan memberikan janjiNya.
Menurut Neurolog V.S Ramacandran di Universitas California,AS,menemukan bahwa orang yang memliki Spiritual Quotient ( SQ ) tinggi dalam otak manusia,pusat spiritual tersebut bergetar dan bersinar ketika seseorang terlibat dalam pembicaraan tentang topik-topik spiritual/agama.
Menurut Agus Hermanto, ciri-ciri orang yang memiliki Spiritual Quotient ( SQ ) tinggi adalah sebagai berikut :
1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat
2. Mampu melihat kesatuan dalam keaneka ragaman
3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan
4. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan


4.1. Memiliki Prinsip dan Visi yang kuat.
Apakah prinsip itu ?
Prinsip adalah suatu kebenaran yang hakiki dan fundamental dan berlaku secara universal bagi seluruh umat. Prinsip adalah pedoman berperilaku yang berupa nilai-nilai yang permanen dan mendasar.
Orang yang memiliki Kecerdasan Spiritul yang tinggi memiliki 3 prinsip utama,yaitu
a. Prinsip Kebenaran
Suatu yang paling nyata dalam kehidupan ini adalah kebenaran. Dan suatu yang tidak benar,maka tunggulah saat kehancurannya.
Contoh :
 Suatu pekerjaaan berikanlah pada ahlinya..Apabila pekerjaan itu tidak
Diserahkan pada ahlinya,maka tunggulah saat kehancurannya.
Pelanggaran atas nilai-nilai kebenaran,akan membuat kehilangan jati diri,hati
Nurani yang tidak jernih,sanksi hukum,sanksi moral. dsb

b. Prinsip Keadilan
Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan adalah tidak pilih kasih..Keadilan adalah tidak mengabaikan dan tidak mengurangi atau menambah.

c.Prinsip Kebaikan
Kebaikan adalah memberikan sesuatu lebih dari hak yang seharusnya. Kebaikan ikut membantu dan atau ikut meringankan penderitaan orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

4.2. Mampu melihat kesatuan dalam keragaman
Semua pihak menginginkan terjadinya sesuatu yang menyenangkan meskipun ada perbedaan-perbedaan di dalamnya.
Misalnya : Guru menginginkan semangat belajar yang tinggi dari siswa dan belajar yang optimal. Siswa menuntut suasan belajar yang menyenangkan, adanya fasilitas pendukung dalam belajar.

4.3.Mampu memaknai setiap sisi kehidupan
Semua yang terjadi di jagat raya ini ada maknanya.Semua kejadian ana hikmahnya.Semua yang diciptakan oleh Allah swt ada tujuannya. Ketika kita mendapat keberhasilan atau rizki dari Allah swt, maka kita wajib bersyukur kepadaNya. Sehingga mampu mempertajam spiritual kita.

4.4.Mampu bertahan dalam kesulitan dan Penderitaan.
Dalam sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang sukses adalah mereka-mereka yang mampu melewati ujian yang besar pula. Semakin tinggi karir dan jabatan seseorang maka semakin tinggi pula intensitas ujian yang diberikan Allah swt kepada dia. Oleh karena itu perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam hal kemampuan menghadapi kesulitan hidup dengan berbagai usaha positif.

Psikologi Remaja



PSIKOLOGI REMAJA


Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat mengenali ciri-ciri perkembangan remaja

2. Siswa memahami tugas-tugas perkembangan remaja

3. Siswa mengenali permasalahan-permasalahan yang muncul pada masa remaja



Dalam siklus kehidupan manusia adanya proses tumbuh kembangnya tubuh dan mental dari manusia. Manusia diciptakan awal mula dalam bentuk bayi, kemudian berkembang menjadi anak-anak, kemudian menjadi remaja, dewasa dan mati. Dalam setiap perkembangan kebutuhan yang harus dipenuhi berbeda-beda serta masalah yang menyertainyapun beragam. Serta setiap perkembangan ditandai dengan ciri fisik dan nonfisik yang berbeda-beda.

Dalam layanan bimbingan bahasan akan difokuskan pada masa remaja. Karena pada masa ini, individu penuh dengan pencarian identitas, dan penuh rasa ingin tahu dengan mencoba-coba. Banyak orang menyebut remaja diidentikkan dengan siswa-siswa SMA/SMK/MA. Karena umur dari siswa-siswa SMA/SMK/MA adalah masa dimana periode dari masa remaja. Dan pada siswa SMA/SMK/MA mulai terlihat berani mengaktualisasikan dirinya atau menunjukkan dirinya pada masyarakat.

Masa remaja adalah masa yang rawan. Dalam masa ini kegagalan atau keberhasilan dalam melewati masa ini akan terus terbawa pada masa dewasa atau menjadi ciri kepribadiannya pada masa dewasa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam masyarakat yang diidentikkan dengan remaja. Seperti kenakalan, penyalahgunaan Narkoba, hamil diluar nikah atau aborsi, dan masih banyak lagi. Sebenarnya siapa sih remaja itu?





Remaja dilihat dari umur

Remaja adalah masa antara akhir masa kanak-kanak dan menuju ke masa dewasa awal. Mengenal umur masa remaja, para ahli ilmu jiwa tidak mempunyai kata sepakat tentang batasan umur yang jelas dan dapat disetujui bersama. Menurut Powell, masa remaja digolongkan:”pre adolescence, from ten to twelve years; early adolescence, from thirteen to sixteen years, and late adolescence from seventeen to twenty one years”. Sedangkan Singgih D. Gunarso masih sulit menentukan batas umur tersebut, yang jelas masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Menurut Luella Cole bahwa masa permulaan remaja antara umur 13-15 tahun sampai sekitar umur 21 tahun (masa adolescence). Menurut Konopka ( dalam Syamsu Yusuf, 2000 ) membagi remaja menjadi tiga rentangan yaitu :

1. Remaja Awal : 12 – 15 tahun

2. Remaja Madya : 15 – 18 tahun

3. Remaja Akhir : 19 – 22 tahun

Masa Peralihan

Masa peralihan yang dimaksud adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Jadi pada masa ini anak tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak-anak, tetapi belum dapat digolongkan sebagai orang dewasa. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering menimbulkan masalah bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya, sebab pribadinya belum terbentuk secara stabil dan matang. Atau dalam masa pertentangan, masa puber – “ sturm and drang” dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan orang-orang yang dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya. Pada masa sebelumnya mereka menurut dan selalu mendengar kata-kata dari orang tua atau guru, tetapi dalam masa transisi ini sikap tersebut mulai berubah, dan perubahan ini menunjukkan hal yang positif asal dapat diarahkan dengan sabar pada hal yang benar. Sebagai hal yang positif, sebab menunjukkan bahwa remaja tersebut sedang mengalami perkembangan, abik perkembangan fisik maupun perkembangan rohaniahnya.





Ciri-ciri ( Karakteristik ) Remaja

1. Fisik

Perkembangan fisik dalam periode masa remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan berat badan. Untuk remaja dimulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun, sedang remaja putri percepatan pertumbuhan sudah mulai antar umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun. Puncak penambahannya tercapai pada umur 12 tahun, kurang lebih 6-11 cm setahun. Selain megalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, remaja juga mulai mengalami proses kematangan seksual.

Karakteristik kelamin primer

a. Pada remaja pria

a) Pengeluaran sperma.

b) Menegangnya alat-alat kelamin pada saat tertentu.

b. Pada remaja putri

a) Loncatan sel telur (ovulasi).

b) Menstruasi (pengeluaran sel telur yang tidak dibuahi dengan lendir dan darah).
Karakteristik kelamin sekunder

a. Pada remaja pria

a) Tubuh menjadi lebih jantan.

b) Suara menjadi lebih besar dan pecah.

c) Tumbuhnya bulu-bulu / rambut pada bagian tubuh tertentu.

b. Pada remaja putri

Mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangan buah dada dan tumbuhnya lemak pada angota-anggota badan lain.



2. Sosial

Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial untuk bergabung dengan anggota kelompok yang lain. Pergaulannya yang dulu terbatas dengan anggota keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat itu remaja ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang remaja meninggalkan rumah. Penggabungan diri dengan anggota kelompok yang lain sebenarnya merupakan usaha mencari nilai-nilai dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu, sebab remaja mulai meragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-norma yang ada dan sebagainya.

3. Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12-20 tahun. Secara fungsional perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja digambarkan sebagai berikut :
a) Secara Intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.

b) Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana strategis dan membuat keputusan – keputusan serta memecahkan masalah.

c) Sudah mampu menggunakan abstraksi – abstraksi , membedakan yang konkrit dengan yang abstrak.

d) Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah , belajar menguji hipotesis.

e) Memikirkan masa depan , perencanaanya dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya.

f) Mulai menyadari proses berpikir efisien dan belajar berintrospeksi.

g) Horizon bepikirnya semakin meluas meliputi agama,keadilan,moral,dan identitas jati diri.

Dalam perkembangan intelektualnya, remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau menerima begitu saja perintah-perintah atau peraturan yang ada; mereka ingin mengetahui alasan dan sebab-sebabnya. Remaja mulai beratanya-tanya tentang keadilan, kebenaran dan arti hidup dan sebagainya. Tidak jarang dengan perkembangan intelektualnya yang bersifat kritis ini, remaja mengalami konflik atau pertentangan dengan pihak orang tua atau pendidik yang biasanya bepegang akan nilai-nilai lama.

4. Emosional

Emosional remaja berada dalam situasi “sturm and drang” sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa. Remaja merasa canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa “aneh” dan menggangu, mudah tersinggung dan kesal. Tetapi kadang-kadang berada dalam suasana gembira, riang hati untuk melakukan pertolongan pada orang lain dan sebagainya. Remaja memerlukan rasa aman dalam lingkungannya dalam bentuk pengertian akan keadaannya ataupun mengenai problema yang sedang dihadapi. Selain itu remaja menghendaki adanya pengakuan sosial; mereka tidak mau diperlakukan seperti anak kecil yang dapat diperintah untuk melakukan apa saja.

Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari lingkungannya sering kali ditangapi secara sungguh-sungguh dan sering ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkannya. Akibatnya remaja sering bersikap antipati dan melawan. Bila lingkungan, terutama keluarga, orang tua dan sekolah mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang tidak disukai karena tampangnya kurang menguntungkan,kurang cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata, biasanya remaja tersebut menjurus pada perailaku yang maladjusment dan sering melakukan tindakan deliquency.

Dari pada itu peran keluarga (orang tua,saudara, dll), pendidik, dan para tokoh masyarakat sangat penting dalam mengarahkan remaja pada arah yang benar. Sehingga remaja akan menjadi sosok yang tampil di masyarakat sebagai calon penerus bangsa yang cerdas, berbudi pekerti yang luhur dan bertakwa pada Tuhan Yangn Maha Esa.

Remaja mengalami puncak emosionalitas,perkembangan emosi tingkat tinggi.

Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif,reaktif yang kuat,emosinya bersifat negatif dan tempramental (mudah tersinggung,marah,sedih,murung).Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikanya.



Remaja yang berkembang di linkungan yang kurang kondusif,kematangan emosionalnya terhambat.Sehingga mengalami akses negatif berupa tingkah laku “salah suai” , misalnya :

a) Agresif : Melawan,keras kepala,berkelahi,suka mengganggu orang lain,dan lain-lain.

b) Lari dari kenyataan (regresif) : Suka melamun,pendiam,senang menyendiri,mengkonsumsi obet penenang,minuman keras,merokok,dan obat-obat terlarang.Sedangkan lingkunagn yang harmonis dan kondusif dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :

a) Adekuasi (ketepatan) emosi : Cinta,kasih sayang,simpati,altruis (senang menolong),respek (sikap hormat dan menghargai orang lain),ramah,dll.

b) Mengendalikan emosi : Tidak mudah tersinggung,tidak agresif,wajar,optimistik,menghadapi kekecewaan secara sehat dan bijak.



5. Perkembangan Moral

Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja,tetapi meningkat pada tataran psikologis (rasa diterima,dihargai,dan penilaian positif dari orang lain).Namun penelitian membuktikan bahwa perkembangan moral remaja baru berkisar pada tuntutan dan harapan kelompoknya saja.



6. Perkembangan Sosial

Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan memahami orang lain dan menjalin persahabatan.Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya.Misalnya : sama hobi,minat,sikap,nilai-nilai,dan kepribadianya.

Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap “comformity” yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat.Misalnya dalam hal pendapat,pikiran,nilai-nilai,gaya hidup,kebiasaan,dan sejenisnya.

7. Perkembangan Kepribadian

Isu sentral pada masa remaja adalah masa berkembangnya identitas diri yang menjadi dasar bagi masa dewasa.Remaja mulai sibuk dengan problema, “siapa saya ?”,terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan atau kebanggaan.

Tindakan antisipasi remaja akhir adalah :

1) Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan serta kelemahan dirinya.

2) Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang bagaimana.

3) Memperhatikan etika masyarakat,kehendak orang tua,dan sikap teman-temanya.



8. Perkembangan Kesadaran Beragama

Bagaiamana perkembangan spiritual ini terjadi pada remaja ? Sesuai dengan perkembanganya kemampuan kritis remaja mampu menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat.Mereka mulai membawa nilai-nilai agama kedalam hatinya tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepinncangan-kepincangan yang terjadi di masyarakat khususnya yang bertentangan dengan nilai agama.



Tugas Perkembangan

Setiap fase memiliki tugas alamiah untuk berkembang,fase balita tugas perkembanganya adalah belajar berbicara dan berjalan. Jika tugas ini gagal dicapai berarti telah terjadi kegagaglan perkembangan. Demikian juga pada remaja.

Fase Remaja tugas perkembanganya adalah :

1) Menerima keadaan fisik dengan segala kualitasnya

2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur yang mempunyai otoritas lainya.



3) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi antar pribadi dan belajar bergaul dengan orang lain,teman sebaya.

4) Menemukan tokoh model atau tokoh yang dijadikan panutan.

5) Menerima dirinya sendiri dan yakin atas kemempuan sendiri.

6) Memperkuat kontrol diri dengan landasan nilai-nilai moral,prinsip-prinsip dan falsafah hidup.

7) Meninggalkan sifat kekanak-kanakan.

Senin, 03 Januari 2011

Pengembangan Diri


Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa mampu memahami hakekat Pemahaman Diri
2. Siswa dapat mengenal dan memahami karakteristik diri sendiri
3. Siswa dapat mengenali potensi yang ada pada dirinya
4. Siswa dapat memahami kelebihan dan kekurangan dirinya

1. Pengertian Pemahaman Diri
Pemahaman Diri upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. “Who am I ?” artinya siapa saya ?. Pertanyaan itu sangatlah sederhana, tetapi mungkin memerlukan jawaban yang mendalam, karena banyak aspek yang harus diungkap. Aspek-aspek tersebut baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangannya, yang meliputi aspek : fisik, psikis, minat, bakat, cita-cita, kebutuhan-kebutuhan pokok serta gaya hidup yang diinginkan.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna juga sebagai makhluk yang unik. Dikatakan sebagai makhluk paling sempurna karena manusia diberikan akal dan pikiran yang dinamis untuk selalu berkembang,berinovasi sekuat tenaga. Sedangkan makhluk hidup lainnya seperti hewan,tumbuhan secara kodrati seperti rutinitas dalam hidupnya yaitu makan,minum,beranak..siklus mereka hanya begitu saja.

Manusia dikatakan sebagai makhluk yang unik karena antara yang satu dengan lainnya berbeda. Bahkan bayi kembar berapun jumlahnya, mereka mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Itulah kebesaran Allah SWT sebagai sang Khaliq. Oleh karena itu kegiatan memahami diri merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap insan dalam mencapai kesuksesan hidup.

Semakin banyak individu mampu mengenali dirinya, maka ia semakin dalam untuk menyenangi dirinya sendiri. Ia juga dapat memahami perasaannya dan juga memahami berbagai alasan pentingnya sesuatu bagi dirinya. Kegiatan memahami diri adalah berusaha mencermati diri secara keseluruhan, bukan hanya sekedar kemampuan dan ketidak mampuan dalam melakukan sesuatu.



ASPEK –ASPEK YANG HARUS DIPAHAMI INDIVIDU



1. ASPEK FISIK

2. ASPEK PSIKIS

3. ASPEK MINAT

4. ASPEK BAKAT

5. ASPEK CITA-CITA

6. ASPEK KEPRIBADIAN

7. ASPEK KEBUTUHAN-KEBUTUHAN POKOK

8. ASPEK GAYA HIDUP YG DIINGINKAN

1. Aspek Fisik, seluruh anggota badan individu termasuk bagian-bagiannya. Artinya individu harus mengenali dan memahami kondisi jasmaniahnya dengan segala potensinya. Apakah kondisi jasmani semua sehat ? Apakah kondisi jasmaniahnya normal dan sebagainya. Hal ini penting agar individu mampu mengambil keputusan dengan tepat dan mampu menyikapi hidup ini dengan benar.

2. Aspek Psikis, adalah yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu.Bagaimana kecerdasannya, bagaimana emosinya.Sehingga individu mampu menyikapi pilihan-pilihan karir dan masa depan juga mampu menempatkan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain

3. Aspek Minat. Minat adalah rasa tertarik yang kuat terhadap obyek tertentu. Hal ini penting untuk dipahami individu,karena dengan adanya minat yang kuat terhadap obyek pilihan maka prestasi, keberhasilan yang diharapkan mudah tercapai demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu perlu penanaman minat terhadap diri individu terhadap berbagai obyek positif,sehingga timbul rasa menyenangi dengan motivasi tinggi.

4. Aspek Bakat. Bakat adalah kemampuan yang dibawa oleh seseorang sejak lahir dan bersifat menurun ( genetik ). Pentingnya individu memahami bakat ini adalah agar individu mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Bakat akan cepat berkembang dengan baik apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana. Oleh karena itu peran semua masyarakat untuk memberi wadah penyaluran bakat-bakat terpendam positif sehingga memunculkan putra-putri berbakan di tanah air kita.

5. Aspek Cita-cita. Cita-cita adalah gambaran diri yang ada pada diri seseorang. Ada yang menyebut “Potret Diri” seseorang. Artinya apabila individu mengatakan dengan lisan, misalnya : “Cita-cita saya ingin menjadi TNI/POLRI”. Individu harus memahami apakah dirinya sudah memiliki potret diri menjadi seorang TNI/POLRI..Sudah tergambarkah secara keseluruhan dalam diri individu kriteria , syarat-syarat dan sebagainya yang mutlak harus dipenuhi untuk bisa menjadi anggota TNI/POLRI. Hal ini penting untuk dipahami dengan cermat gambaran dirinya,sehingga ia benar-benar mampu dan dapat memilih karir sesuai dengan cita-citanya.

6. Aspek Kebutuhan-kebutuhan Pokok

Hal ini penting juga untuk dipahami oleh individu,kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam menjalani kehidupan ini. Apakah hidup ini hanya untuk makan atau makan untuk hidup.Apakah individu hanya menginginkan kebutuhan jasmani saja, atau individu disamping perlu kebutuhan-kebutuhan untuk jasmani,juga memerlukan kebutuhan bathin, dan sebagainya. Misalnya : makan,minum,keamanan, kasih sayang, rekreasi,aktualisasi diri,sosialisasi,dan sebagainya. Oleh karena itu individu perlu menentukan kebutuhan-kebutuhan pokok seperti apa yang diinginkan dalam hidup ini.

7. Aspek Gaya Hidup Gaya hidup yang diinginkan oleh masing-masing orang berbeda antara satu dengan lainnya. Ada yang ingin bergaya hidup elite, ada yang ingin bergaya hidup biasa-biasa saja atau bergaya hidup sederhana. Oleh karena itu gaya hidup atau “life style”,ini perlu dipahami dengan benar. Individu hendaknya menyesuaikan dengan kemampuannya,sehingga dalam menyikapi hidup ini tidak diperbudak oleh hawa nafsunya.Ketrampilan, kerja keras, pengalaman dan sebagainya akan mempermudah untuk memutuskan gaya hidup seseorang.